LAPORAN
AKTIVITAS KERJA PRAKTEK LAPANGAN (MAGANG) PADA BAGIAN HUMAS DAN PROTOKOL DI
KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Oleh
:
Nama : Wahyu Anggraini
NPM : 108500082
Laporan
Magang
Diajukan
untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi syarat – syarat guna memperoleh
sebutan Sarjana bidang Ilmu Komunikasi
PROGRAM STRATA I ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS SEKOLAH KOMUNIKASI MULTIMEDIA
INSTITUT MANAJEMEN TELKOM
BANDUNG
2011
PERSETUJUAN
Laporan Magang
Berjudul : LAPORAN AKTIVITAS KERJA PRAKTEK LAPANGAN (MAGANG) PADA BAGIAN HUMAS
DAN PROTOKOL DI KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Karya
:
Nama : WAHYU ANGGRAINI
NPM
: 108500082
Konsentrasi
:
MARKETING
COMMUNICATION
Disetujui
untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Laporan Magang Program S I
Ilmu
Komunikasi Sekolah Komunikasi Multimedia
Institut
Manajemen Telkom
Bandung
Bandung
, Jakarta,
Menyetujui, Menyetujui,
Dosen
Pembimbing Pembimbing
Instansi
Alila
Pramiyanti,S.Sos., M.si Tri Pudji Astuti,S.Sos.,M.Si.
NIK
0425078002 NIP.196503121987032001
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Magang
Praktek kerja
lapangan atau yang lebih dikenal dengan magang menurut Street School Forum
dapat diartikan sebagai langkah pengenalan bentuk pekerjaan dalam waktu yang
singkat, kurang terikat, serta berfungsi sebagai tahap awal atau pengenalan
sebelum seseorang terjun total ke dalam dunia kerja yang sesungguhnya. (www.pikiranrakyat.com)
Praktek
Kerja Lapangan atau yang lebih dikenal dengan Magang adalah mata kuliah wajib bagi
seluruh mahasiswa Strata I (satu) Ilmu Komunikasi Sekolah Manajemen dan
Multimedia Institut Manajemen Telkom yang telah menempuh semester enam, Hal
diatas dimaksudkan untuk menyelaraskan pengetahuan dan teori yang didapat
dibangku kuliah dalam bidang bisnis Informations,
Communication and Technology (ICT), dengan aplikasi didunia usaha yang
sesungguhnya, sehingga mahasiswa memiliki keterampilan serta kemampuan untuk
terjun ke dunia usaha setelah menyelesaikan pendidikannya.
Melalui
program praktek kerja lapangan/ Magang ini setiap mahasiswa memiliki kesempatan
untuk memahami serta menghayati pekerjaan yang sesungguhnya terjadi di
lapangan. Perpaduan antara teori dan praktek di lapangan inilah, yang akan
memacu jiwa dan mental setiap mahasiswa untuk senantiasa siap menghadapi dunia
kerja yang dinamis dan kompetitif.
Di
dalam magang, pengalaman tidak hanya didapatkan melalui aktivitas kerja yang
dialami sendiri, melainkan melalui pengamatan. Mulai dari mengamati lingkungan
kerja hingga aktivitas staf. Hal ini dilakukan agar mahasiswa memahami kondisi
perusahaan guna mempercepat adaptasi serta agar tidak mengalami culture shock selama melakukan magang.
Lebih
jauh lagi magang bertujuan untuk melatih kemampuan mahasiswa bekerja sama
dengan orang lain. Hal ini penting karena dalam dunia kerja mahasiswa akan
berhubungan dengan banyak orang, sehingga membiasakan diri bekerja sama dengan
orang lain akan mempermudah mahasiswa untuk melakukan pekerjaannya.
Proses
magang dilakukan penulis di sebuah Instansi Pemerintah yaitu Kementerian
Perumahan Rakyat atau yang sering disingkat KEMENPERA. Yang bertempat di Jalan
Raden Patah I/No.1 Kebayoran Baru Jakarta Selatan selama kurang lebih dua bulan
atau 40 (Empat Puluh) hari kerja. Selama melakukan magang, penulis diperbantukan
di Biro Umum tepatnya di Sub. Bagian Humas dan Protokol KEMENPERA. Menjalankan
kerja praktek di KEMENPERA tentunya dengan berbagai pemikiran, salah satunya
mengaju pada tujuan dasar dilaksanakannya magang sendiri yaitu menerapkan teori
– teori yang diperoleh ke dalam dunia kerja secara nyata.
Didalam
Kementerian Perumahan Rakyat (KEMENPERA) terdapat Sub. Bagian yang sejalan
dengan bidang keahlian yang telah dipelajari penulis selama perkuliahan yakni
Hubungan Masyarakat (HUMAS) dan Protokol, yang menangani hubungan instansi
dengan masyarakat maupun instansi dengan
lembaga lain dan instansi dengan staf di kalangan internal Kementerian
Perumahan Rakyat (KEMENPERA). Tentunya ini adalah kesempatan yang tidak boleh
dilewatkan karna penulis dapat melakukan aktivitas sekaligus pengamatan kerja
Hubungan Masyarakat Instansi Kementerian Perumahan Rakyat secara langsung.
Dengan melakukan magang di Instansi KEMENPERA
penulis dapat menambah pengetahuan serta wawasan dibidang penulisan informasi
baik itu adventorial maupun berita yang didapatkan secara otodidak karena
hampir setiap hari penulis melakukan pengontrolan berita terkait KEMENPERA yang
dicetak di Surat Kabar cetak maupun online, yang membahas tentang Bidang
Perumahan terutama yang menyangkut tentang kebijakan Pemerintah khususnya di
Bidang Perumahan Rakyat dan kebijakan – kebijakan yang diputuskan oleh
Pemerintah Pusat (RUU), Peraturan Menteri tentang perumahan serta kegiatan yang
dilakukan oleh pengembang yang telah bekerjasama dengan Kementerian Perumahan
Rakyat (KEMENPERA). Selain itu penulis juga melakukan pengamatan kerja yang
dilakukan oleh Staf Humas dan Protokol Kementerian Perumahan Rakyat, serta ikut
menjalankan Tugas Pokok dan Fungsi Humas dan Protokol Kementerian Perumahan
Rakyat,dengan pengalaman tersebut diharapkan dapat menunjang kualitas serta
aktivitas kinerja penulis nantinya saat mengeluti kerja khususnya di bidang
Hubungan Masyarakat (Humas).
1.2. Tujuan dan Manfaat Magang
1.2.1
Tujuan Magang
1.
Tujuan Umum
Dalam kegiatan kurikuler di Institut
Manajemen Telkom (IM Telkom), Kerja Praktek / Magang merupakan suatu kegiatan
yang harus di tempuh oleh setiap mahasiswa dari semua jurusan untuk program S1.
Tujuan
dilaksanakannya Kerja Praktek tersebut adalah :
·
Untuk
memberikan pengalaman kerja secara langsung serta menggali berbagai masalah
pekerjaan yang timbul di lapangan.
·
Untuk
meningkatkan keterampilan dan wawasan, baik secara teknis maupun hubungan
kemanusiaan.
·
Untuk
memupuk rasa kebersamaan tim secara baik, terutama dalam menyukseskan suatu program
kerja.
·
Untuk
membentuk perilaku positif bagi para
mahasiswa peserta Kerja Praktek / Magang melalui penyesuaian diri dengan lingkungan kerja tempat
Kerja Praktek / Magang.
·
Untuk
mengukur kemampuan masing-masing peserta, setelah yang bersangkutan berhadapan
dengan berbagai masalah di lapangan.
Dengan
berbekal pengalaman latihan kerja diharapkan para mahasiswa dapat mengetahui
masalah-masalah dari tingkat dasar sampai dengan tingkat yang lebih tinggi yang
ada di lapangan serta dapat merasakan bagaimana berinteraksi nyata dengan
sesama karyawan dalam pekerjaan.
2.
Tujuan Khusus
Program
Kerja Praktek / Magang bagi mahasiswa Institut Manajemen Telkom (IM Telkom), merupakan suatu
kewajiban yang harus dijalani oleh setiap mahasiswa. Sehingga untuk Kerja Praktek
ini dimasukkan sebagai mata kuliah wajib untuk semua jurusan untuk program S1
dengan bobot 4 (Empat) SKS.
Tujuan Khusus yang diharapkan dari kegiatan Kerja Praktek
/ Magang antara lain :
·
Agar
mahasiswa mempunyai pengalaman praktek sesuai dengan program studinya
masing-masing.
·
Mahasiswa
mempunyai gambaran nyata mengenai lingkungan kerjanya, mulai dari tingkat bawah
sampai dengan tingkat yang lebih tinggi.
·
Mahasiswa
dapat mengisi masa liburan antar semester dengan sesuatu yang berguna dan
menunjang keahliannya.
·
Kehadiran
mahasiswa peserta Kerja Praktek, diharapkan dapat memberikan manfaat dan
wawasan baru bagi dirinya serta tempat kerja prakteknya.
1.2.2 Manfaat Pelaksanaan Program Kerja Praktek /
Magang
Program Kerja Praktek/ Magang di Institut Manajemen
Telkom (IM Telkom) merupakan suatu keharusan yang harus dilalui oleh setiap
mahasiswa. Melalui kegiatan tersebut, disamping mahasiswa dapat mempraktekkan
pengetahuannya di lapangan juga dapat menimba pengalaman kerja dari para
pegawai tempat kerja praktek baik teknis maupun non teknis.
Manfaat yang
dapat diperoleh dari kegiatan Kerja Praktek antara lain :
1. Bagi
Mahasiswa
· Untuk dapat membantu memberikan pembekalan
pengetahuan dan keterampilan kepada setiap mahasiswa tentang kondisi yang
terdapat di lapangan atau secara nyata.
· Dapat lebih membuka wawasan bagi para
mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan melalui praktek di lapangan.
·
Sebagai
perwujudan program keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara dunia pendidikan dan dunia industri.
2. Bagi
Institusi Penerima Mahasiswa Kerja Praktek
· Mendapat bantuan tenaga SDM untuk membantu
pekerjaan-pekerjaaan yang membutuhkan tenaga lebih tanpa harus membuka recruitment baru dan mendapatkan bantuan
riset yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian bagi instansi Kementerian
Perumahan Rakyat Republik Indonesia.
· Menjalin hubungan baik antara Kementerian
Perumahan Rakyat Republik Indonesia, IM Telkom dan peserta magang, sehingga
diharapkan membantu kelancaran program magang selanjutnya.
3.
Bagi
Lembaga Pendidikan (IM Telkom)
Manfaat yang dapat
diperoleh bagi IM Telkom yaitu:
· Untuk lebih meningkatkan kerjasama antara
pihak IM Telkom dengan pihak Kementerian Perumahan Rakyat Republik Indonesia.
· Menyelaraskan Kurikulum dengan aplikasi di
dunia industri sehingga lebih memudahkan dalam penyerapan lulusannya.
BAB II
DESKRIPSI DATA DAN
PEMBAHASAN
2.1. Gambaran Umum Perusahaan
2.1.1 Profil Singkat Perusahaan
Kementerian Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia (KEMENPERA) adalah Kementerian yang dipimpin oleh Menteri Perumahan Rakyat yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden (Dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden RI No.187/M Tahun 2004).
Kementerian
Perumahan Rakyat memiliki tugas menyelenggarakan urusan di bidang Perumahan
Rakyat dalam Pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
Pemerintahan Negara.
VISI MISI
Kementerian Perumahan Rakyat (KEMENPERA)
V I S I
"Setiap Keluarga Indonesia Menempati Rumah Yang Layak Huni"
"Setiap Keluarga Indonesia Menempati Rumah Yang Layak Huni"
M I S I
Untuk mewujudkan Visi tersebut, maka dirumuskan Misi
Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010–2014 sebagai berikut:
1. Meningkatkan iklim yang kondusif
dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman.
2. Meningkatkan ketersediaan rumah layak huni dan
terjangkau dalam lingkungan yang sehat dan aman serta didukung oleh prasarana,
sarana dan utilitas yang memadai.
3. Mengembangkan sistem pembiayaan perumahan jangka panjang
yang efisien, akuntabel dan berkelanjutan.
4. Meningkatkan pendayagunaan sumberdaya perumahan dan
permukiman secara optimal.
5. Meningkatkan peran pemerintah daerah dan pemangku
kepentingan lainnya dalam pembangunan perumahan dan permukiman.
Kementerian
Perumahan Rakyat terdiri dari :
1.
Sekretariat Kementerian ;
2.
Deputi Bidang Pembiayaan.
3.
Deputi Bidang Pengembangan Kawasan.
4.
Deputi Bidang Pengembangan Swadaya
5.
Deputi Bidang Perumahan Formal.
6.
Staf Ahli.
7.
Pengawas Internal.
Hubungan
Masyarakat dan Protokol Kementerian Perumahan Rakyat berada di bawah naungan
Biro Umum yang di atasi oleh Sekertariat Kementerian Perumahan Rakyat, yang
memiliki tugas melaksanakan urusan keuangan, perlengkapan, administrasi, dan
hubungan masyarakat dan protokol. Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol
mempunyai tugas melaksanakan urusan hubungan masyarakat dan penyebaran informasi
serta urusan tata keprotokolan di bidang perumahan rakyat.
Dalam
melaksanakan tugas Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol menyelenggarakan
fungsi : pelaksanaan kegiatan antar lembaga, pelaksanaan kegiatan media dan
publikasi dan pelaksanaan urusan keprotokolan.
Pelaksanaan
Kegiatan antar lembaga mempunyai tugas melakukan kegiatan hubungan antar lembaga
di bidang perumahan rakyat sedangkan Pelaksanaan kegiatan media dan publikasi
Kementerian Perumahan Rakyat (KEMENPERA) melakukan kegiatan publikasi dan
pemberitaan, penyebaran informasi, pelaksanaan program dan kegiatan di bidang
perumahan rakyat, dan Pelaksanaan urusan
protokol Kementerian Perumahan Rakyat mempunyai tugas melakukan urusan
pengaturan pelayanan dan penerimaan tamu, penyiapan tata upacara dan tata
protokol, penyiapan acara penerimaan dan kunjungan kerja resmi, serta persiapan
Hari Perumahan Nasional yang jatuh pada tanggal 25 Agustus, yang menjadi hari
jadi perumahan dan selalu diperingati setiap tahunnya.
Makna
Bentuk Logo
Bentuk
utama logo berupa segitiga sama sisi yang secara teori mempunyai kehandalan
dalam struktur serta mencerminkan 3 pelaku pembangunan perumahan rakyat, yang
saling bersinergi membangun, yaitu Badan atau Dunia Usaha, Masyarakat dan
Pemerintah atau Pemerintah Daerah (Pusat, Provinsi, Kabupaten atau Kota).
Bentuk
segitiga berupa gunung atau gunungan, yang menggambarkan lingkungan hunian yang
1) berupa rumah sejahtera; 2) lingkungan hunian yang sehat; 3) terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, baik yang berupa rumah (perumahan) tapak
(horizontal) maupun rumah (perumahan) susun(vertikal).
Secara
perspektif segitiga – segitiga tersebut membentuk atap – atap rumah yang
menggambarkan salah satu fungsi rumah yaitu sebagai tempat berlindung, serta
menunjukkan karakter rumah indonesia yang menjunjung tinggi budaya dan kearifan
lokal.
Potongan
terhadap bentuk segitiga membuat bentuk segitiga pada logo menjadi lebih
dinamis dan fleksibel yang juga melambangkan semangat kerjasama didalam
Kementerian Perumahan Rakyat baik secara internal maupun dengan pihak
eksternal.
Bentuk
manusia dalam segitiga menggambarkan perlindungan terhadap kehidupan di
dalamnya.
2.1.2
Struktur Organisasi Instansi Kementerian Perumahan Rakyat
Struktur Kementerian Perumahan Rakyat
Kementerian
Perumahan Rakyat di pimpin oleh seorang Menteri Perumahan Rakyat yang membawahi
5 orang staf Ahli Menteri yang terdiri dari Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan
Keuangan, Staf Ahli
Menteri Bidang Kemitraan dan Hub. Antar Lembaga, Staf Ahli Menteri Bidang
PSM dan Pemberdayaan, Staf
Ahli Menteri Bidang Tata Ruang, Pertanahan dan Permukiman serta Staf Ahli
Menteri Bidang Ilmu Pengetahuan & Teknologi dan Industri dan
Seorang Sekretaris Kementerian Perumahan Rakyat. Sekretaris Kementerian
Perumahan Rakyat membawahi beberapa Biro diantaranya Biro Perencanaan dan
Anggaran, Biro Hukum dan Kepegawaian dan Biro Umum.Menteri Perumahan Rakyat
juga membawahi beberapa Deputi yang masing – masing mebawahi Asdep (Asisten
Deputi) yang membantu Tugas Pokok dan Fungsinya. Deputi dibagi menjadi empat
bagian yaitu Deputi Pembiayaan, Deputi Bidang Pengembangan Kawasan, Deputi
Bidang Perumahan Swadaya dan Deputi Bidang Perumahan Formal.
Biro
Umum merupakan salah satu Biro yang langsung berhubungan dengan Menteri
Perumahan Rakyat, yang membawahi Bagian Keuangan, Bagian Perlengkapan, Bagian
Administrasi dan Bagian Humas dan Protokol. Biro Umum Sendiri memiliki Tugas
Pokok dan Fungsi sebagai berikut :
TUGAS
Biro
Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan keuangan, perlengkapan, administrasi,
dan hubungan masyarakat dan protokol.
FUNGSI
Dalam
melaksanakan tugas, Biro Umum menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan urusan keuangan;
b. Pelaksanaan urusan perlengkapan;
c. Pelaksanaan urusan administrasi; dan
d. Pelaksanaan urusan hubungan masyarakat dan protokol
a. Pelaksanaan urusan keuangan;
b. Pelaksanaan urusan perlengkapan;
c. Pelaksanaan urusan administrasi; dan
d. Pelaksanaan urusan hubungan masyarakat dan protokol
Struktur
Organisasi Humas dan Protokol
2.1.3 Job
Description
Dalam
melaksanakan tugas Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol menyelenggarakan
fungsi pelaksanaan kegiatan antar lembaga, pelaksanaan kegiatan media dan
publikasi dan pelaksanaan urusan keprotokolan. Pelaksanaan Kegiatan antar
lembaga mempunyai tugas melakukan kegiatan hubungan antar lembaga di bidang
perumahan rakyat, hal ini mencangkup
berbagai kegiatan diantaranya membina hubungan baik dengan stakeholder
(pengembang Perumahan) yang telah menjalin kerjasama dengan Kementerian Negara
Perumahan Rakyat diantaranya BTN sebagai bank yang memberikan KPR kepada target
market yaitu masyarakat dengan status penghasilan rendah (MBR), selain itu Bank
Danamon dan Bank BPD. Selain bekerjasama dengan Bank, Kementerian Negara
Perumahan Rakyat juga bekerjasama dengan para pengembang perumahan seperti
Perumnas, REI, APERSI dan lembaga terkait, dalam hal ini Kemempera dibantu oleh
lembaga – lembaga tersebut untuk menyosialisasikan serta mewujudkan kebijakan
dan rencana yang telah dibuat KEMENPERA untuk masyarakat.
Pelaksanaan
kegiatan media dan publikasi Kementerian Perumahan Rakyat (KEMENPERA),
melakukan kegiatan publikasi dan pemberitaan, penyebaran informasi, pelaksanaan
program dan kegiatan di bidang perumahan rakyat. Bagian Humas selalu
memperbaharui informasi – informasi yang di butuhkan oleh target market
KEMENPERA yang terdiri dari Masyarakat, Pengembang Perumahan dan Lembaga
terkait lainnya yang berhubungan dengan kegiatan – kegiatan serta kebijakan
yang dibuat oleh Kementerian Perumahan Rakyat. Informasi tersebut biasanya di
publikasikan oleh Humas KEMENPERA melalui website resmi Kementerian Perumahan
Rakyat atau melalui berita dan adventorial yang dimuat di surat kabar baik surat kabar daerah maupun nasional,
tergantung dengan budget yang disediakan dan target yang ingin disasar.
Pelaksanaan
urusan protokol Kementerian Perumahan Rakyat mempunyai tugas melakukan urusan
pengaturan pelayanan dan penerimaan tamu, penyiapan tata upacara dan tata
protokol, penyiapan acara penerimaan dan kunjungan kerja resmi, serta persiapan
Hari Perumahan Nasional yang jatuh pada tanggal 25 Agustus, yang menjadi hari
jadi perumahan dan selalu diperingati setiap tahunnya.
2.2. Pelaksanaan Magang
2.2.1 Waktu dan Lokasi Magang
Waktu
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan atau Magang dilaksanakan penulis mulai
tanggal 04 Juli 2011 hingga 26 Agustus 2011. Sedangkan lamanya masa Praktek
Kerja Lapangan atau Magang dilaksanakan kurang lebih 2 (dua) Bulan (± 40 Hari Kerja).
Lokasi Kerja Praktek Lapangan atau
Magang bertempat di Kementerian Perumahan Rakyat yang beralamat di Jl. Raden
Patah I No.1 Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
2.2.2 Jadwal dan Aktifitas Magang
Pelaksanaan
Magang
Dalam
bab ini penulis ingin menjelaskan proses Praktek Kerja Lapangan atau Magang
yang sudah dilakukan selama bulan Juli sampai dengan Agustus di Instansi
Pemerintah Kementerian Perumahan Rakyat Republik Indonesia (KEMENPERA). Proses
magang secara umum dilaksanakan pada hari kerja yaitu hari Senin sampai dengan
Jum’at dari jam 09.00 – 15.00 Wib.
2.3. Permasalahan yang Ditemukan
Humas
Kementerian Perumahan Rakyat dalam menjalankan tugasnya dibagi menjadi dua
bagian yaitu Hubungan Antar Lembaga, dan Media dan Publikasi yang masing –
masing memiliki tugas dan fungsinya. Dalam kesempatan kali ini penulis lebih
memfokuskan tugas dan fungsi Humas Kementerian Perumahan Rakyat dengan sub.
Bagian Media dan Publikasi karena penulis menemukan masalah yang harus penulis
kaji di sub. Bagian Media dan Publikasi. Adapun masalah yang ingin penulis kaji
dalam laporan kerja praktek lapangan atau magang kali ini adalah Manajemen Humas Kementerian Perumahan Rakyat
dalam mensosialisasikan Visi “Setiap Keluarga Indonesia Menempati Rumah yang
Layak Huni”. Alasan penulis mengali manajemen humas, karena penulis menemukan
fakta bahwa tujuan yang ingin dicapai Humas Kementerian Perumahan Rakyat
melalui Publikasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Sehari
–harinya Humas Kementerian perumahan Rakyat mengerjakan hal yang tidak jauh
berbeda dengan humas – humas organisasi atau instansi lainnya, Humas
Kementerian Perumahan Rakyat bekerja untuk mempublikasikan atau mempromosikan
kebijakan – kebijakan pemerintah, memberi informasi secara teratur tentang
kebijakan , rencana – rencana tentang
peraturan dan perundang – undangan, dan segala sesuatunya yang
berpengaruh kepada kehidupan masyarakat. Tidak hanya itu tugas Humas
Kementerian Perumahan Rakyat juga memberikan masukan dan saran bagi para pejabat Kementerian baik Eselon 1, Eselon 2,
Eselon 3 tentang segala informasi yang berkembang di lingkungan Kementerian
Perumahan Rakyat.
Dalam
melaksanakan pekerjaannya humas Kementerian Perumahan Rakyat juga melakukan
fungsi manajemen yang dilakukan oleh instansi atau perusahaan pada umumnya,
yaitu mulai dari proses pengumpulan fakta, definisi masalah, perencanaan dan
program, aksi dan komunikasi dan evaluasi.
Pada
tahap pengumpulan fakta Humas Kementerian Perumahan Rakyat Beracu pada Rencana
Strategis Kementerian Perumahan Rakyat yang di rancang setiap 5 tahun sekali,
pada kesempatan kali ini penulis menggunakan acuan Rencana Strategis
Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010 – 2014.
·
Visi
“Setiap Keluarga
Indonesia Menempati Rumah Yang Layak Huni”
·
Misi
1. Meningkatkan
iklim yang kondusif dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pembangunan perumahan
dan permukiman.
2. Meningkatkan
ketersediaan rumah layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat dan
aman serta didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai.
3. Mengembangkan
sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang efisien, akuntabel dan
berkelanjutan.
4. Meningkatkan
pendayagunaan sumberdaya perumahan dan permukiman secara optimal.
5. Meningkatkan
peran pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam membangun
perumahan dan permukiman.
·
Sasaran Strategis
1.
Meningkatkan
pengembangan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pembangunan
perumahan dan permukiman, khususnya: (i) Revisi UU No.4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman, (ii) Revisi UU No.16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun,
(iii) Revisi PP No. 80 Tahun 1999 tentang KASIBA/LISIBA BS, (iv) Revisi PP
No.41 Tahun 1996 Tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Bagi Orang
Asing, dll.
2.
Terlaksana penataan dan
pengelolaan lahan untuk pembangunan perumahan dan permukiman.
3.
Terlaksana fasilitasi
PSU kawasan perumahan dan permukiman sebanyak 700.000 unit.
4.
Terlaksana penataan
lingkungan permukiman kumuh seluas 655Ha dengan jumlah penduduk terfasilitasi
sebanyak 130.000 jiwa.
5.
Terlaksana pembangunan
rumah susun sederhana berupa Rusunawa sebanyak 36.480 unit.
6.
Terlaksana pembangunan
rumah khusus sebanyak 5.000 unit termasuk rumah sederhana sewa dan rumah pasca
bencana.dll
Pada
tahap Perancanaan dan Program, Humas Kementerian Perumahan Rakyat membuat
perencanaan publikasi yang dilakukan secara matang, perencanaan ini nantinya
akan mengetahui jumlah anggaran yang akan dibutuhkan untuk publikasi baik di
media masa cetak maupun elektronik. Adapun tahap perencanaan diawali dengan
perencanaan media oleh Humas, setelah itu berkonsultasi dengan Sekretaris
Kementerian agar publikasi yang dilakukan sesuai dengan Visi Kementerian
Perumahan Rakyat, setelah mengadakan perundingan dengan Sekretaris Kementerian
pihak Humas mengadakan refisi terhadap rencana publikasinya.
Untuk
anggaran publikasi baik di media masa cetak maupun elektronik, Humas
Kementerian perumahan Rakyat tidak memiliki acuan yang tetap atau strategis
dalam pembagiaannya. Humas Kementerian Perumahan Rakyat, mengelola anggaran
yang tersedia dengan membagi rata anggaran untuk publikasi di media cetak dan
media elektronik, dengan kata lain 50 : 50. Untuk tahun ini Humas Kementerian
Perumahan Rakyat merencanakan akan menggunakan anggran publikasinya dengan
publikasi di media elektronik sebanyak ± 10 kali, dan media cetak (adventorial) sebanyak 38
kali. Dengan frekuensi 2 kali sebulan untuk media elektronik dan 3-4 kali
sebulan untuk media cetak.
Dalam
penetapan target sasaran publikasi media cetak maupun elektronik Humas
Kementerian Perumahan Rakyat memiliki kualifikasi tersendiri yaitu Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) dengan penghasilan maksimal 2,5 (dua koma liam) Juta
perbulan, memiliki NPWP dan taat membayar pajak serta dengan lokasi diluar
daerah Jakarta. Sedangkan untuk MBR yang tidak memiliki NPWP mereka harus
memiliki satu perkumpulan tertentu agar bisa menikmati layanan yang akan
diberikan oleh Kementerian Perumahan Rakyat, namun dalam realisasinya Humas
Kementerian Perumahan Rakyat tidak memiliki standar STP yang jelas sehingga
menyulitkan dalam memilih media untuk publikasi.
Media
yang digunakan oleh kementerian Perumahan Rakyat dalam publikasi biasanya
tergantung pada informasi yang inggin disampaikan apakah menggunakan media
nasional atau daerah, selain itu Humas juga melihat oplah dan karakteristik
medianya apakah media itu untuk warga menengah atas atau menengah bawah.
Dalam membuat publikasi di
media massa cetak (adventorial), Humas Kementerian Perumahan Rakyat dibantu
oleh sebuah tenaga ahli. Proses awal pembuatan publikasi di media massa cetak
(adventorial), dimulai dengan pemberian bahan yang layak dipublikasi oleh Humas
Kementerian Perumahan Rakyat kepada tenaga ahli, selanjutnya tenaga ahli
membuat adventorial berdasarkan data dan fakta dari Humas Kementerian Perumahan
Rakyat, setelah adventorial selesai dibuat tenaga ahli tersebut menyerahkannya
kepada praktisi Humas Kementerian Perumahan Rakyat untuk dikoreksi apakah
adventorial tersebut sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh Humas Kementerian
Perumahan Rakyat, apabila sudah “Ok”, tenaga ahli langsung menentukan media
yang akan digunakan untuk publikasi berdasarkan target sasaran yang ingin
dituju, yang tentunya berdasarkan perundingan terlebih dahulu dengan pihak
Humas Kementerian Perumahan Rakyat, setelah semuanya beres barulah adventorial
siap di tayangkan.
Sedangkan untuk publikasi di media massa
elektronik Humas kementerian Perumahan Rakyat menggunakan media elektronik yang
memiliki tempat untuk talk show. Publikasi di media elektronik Humas
Kementerian Perumahan Rakyat memiliki dua cara yaitu, diundang sebagai
narasumber atau membeli spot untuk mensosialisasikan kebijakan serta kinerja
yang telah dicapai.
Publikasi
yang dilakukan oleh Humas Kementerian Perumahan Rakyat tidak hanya berfokus
pada Kebijakan Pemerintah tentang rumah murah dan kebijakan pemerintah lainnya,
melainkan secara keseluruhan karna Humas di Kementerian Perumahan Rakyat
bergabung dengan bagian Protokol yang mengurusi segala perjalanan Menteri
Perumahan Rakyat.
Dalam
Aksi dan Komunikasinya, Humas Kementerian Perumahan Rakyat melakuakan publikasi
sesuai dengan media plan yang telah dibuat, yaitu dengan menjalankan publikasi
di media massa elektronik berupa talk show tentang rumah murah, Hapernas (Hari
Perumahan Nasional) dan Kebijakan Pemerintah tentang peraturan – peraturan yang
terkait perumahan. Begitu juga publikasi di media cetak Humas Kementerian
Perumahan Rakyat melakukan publikasi dengan menyewa tempat di beberapa media
sesuai dengan media plan yang telah ditetapkan selama satu tahun.
Untuk
mengatasi pemberitaan yang tidak sesuai dengan fakta yang ada di lingkungan
Kementerian Perumahan Rakyat, Humas Kementerian Perumahan Rakyat menggunakan
Hak Jawabnya melalui surat pembaca untuk membenarkan berita yang beredar
sehingga tidak menimbulkan rumor yang tidak diinginkan. Selain itu Humas juga
akan melakukan pendekatan dengan penulis berita baik itu dengan datang langsung
ke redaksi atau memanggil wartawan untuk datang ke kantor kementerian, untuk
mengklarifikasi kebenaran berita tersebut.
Evaluasi
yang dilakukan oleh Humas Kementerian Perumahan Rakyat hanya sekedar melakukan
pengklipingan media masa cetak dan online yang dilakukan setiap hari. Selain
itu juga melakukan evaluasi pada anggaran publikasi.
2.3.1
Tinjauan Teori
Definisi Humas
Dalam
bukunya Teori dan Profesi Kehumasan, M. Linggar Anggoro menerangkan Humas
merupakan terjemahan dari istilah public
relations atau PR – kedua istilah ini akan dipakai secara bergantian ,
menurut kamus terbitan Institute of
Public Relations (IPR), “humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan
secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara
niat baik dan saling pengertian antara satu organisasi dengan segenap
khalayaknya”. Jadi humas adalah satu kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa
sebagai satu rangkaian kampanye atau
program terpadu, dan semuanya itu berlangsung secara berkesinambungan dan
teratur. Kegiatan humas sama sekali tidak bisa dilakukan secara sembarangan
atau dadakan. Tujuan humas sendiri adalah untuk memastikan bahwa niat baik dan
kiprah organisasi yang bersangkutan senantiasa dimengerti oleh pihak – pihak
lain yang berkepentingan (atau lazim disebut sebagai seluruh “khalayak” atau
publiknya).
Sedangkan
menurut kamus Fund and Wagnal, American Standart Desk Dictionary terbitan 1994,
istilah humas diartikan sebagai segenap kegiatan dan teknik / kiat yang
digunakan oleh organisasi atau individu untuk menciptakan atau memelihara suatu
sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar terhadap keberadaan dan
sepakterjangnya. Istilah “kiat” dalam definisi ini mengindikasikan bahwa humas
harus menggunakan metode manajemen berdasarkan tujuan (management by
objectives). Dalam mengejar suatu tujuan, semua hasil atau tingkat kemajuan
yang telah dicapai harus diukur secara jelas, mengingat humas merupakan
kegiatan yang nyata.
Pada
pertemuan asosiasi – asosiasi humas seluruh dunia di Maxico City, Agustus 1987,
ditetapkan definisi humas sebagai berikut : Humas adalah suatu seni sekaligus
disiplin ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memprediksi
setiap kemungkinan konsekuensi dari setiap kegiatannya, memberi masukan dan
saran – saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplemtasikan program –
program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau
kepentingan khalayak.
Maria
Assumpta Rumanti dalam bukunya Dasar – Dasar Public Relations : Teori dan
Praktik menjelaskan PR tidak hanya terdiri dari kegiatan – kegiatan yang tampak
saja, tetapi kenyataannya kegiatan yang tampak oleh publik justru hanya satu
tahap saja dari keseluruhan kegiatan PR yang sebenarnya. Banyak tahap – tahap
lain yang lebih dan tidak kelihatan. PR adalah kegiatan atau aktivitas yang
proses kegiatannya melalui empat tahap, yaitu:
1. Penelitian
yang didahului penemuan, analisis, pengolahan data dan sebagainya
2. Perencanaan
yang direncanakan
3. Pelaksanaan
yang tepat
4. Evaluasi,
penilaian setiap tahap dan evaluasi keseluruhan.
Tahap
– tahap PR ini berlangsung secara berkesinambungan. Pada dasarnya PR memiliki
banyak definisi antara lain :
1. PR
merupakan upaya yang disengaja, direncanakan, dan dilakukan terus menerus untuk
membangun dan menjaga adanya saling pengertian antara organisasi dengan
publiknya.(Institute of Public Relation, United Kingdom)
2. PR
merupakan fungsi manajemen yang mengevaluasi perilaku publik, mengidentifikasi
kebijakan dan prosedur organisasi dengan interes publik dan melaksanakan
program tindakan (komunikasi) untuk mendapatkan pemahaman dan pengertian
publik. (Denny Griswold, uigever van
Public Relations Bews, New York)
3. PR
merupakan upaya dengan menggunakan informasi, persuasi, dan penyesuaian, untuk
menghidupkan dukungan publik atas suatu kegiatan, atau suatu sebab.
(E.L.Berneys,USA,1956)
4. PR
adalah membangun hubungan baik secara sistematis antara kelompok publik atau
orang, bahwa organisasi mempunyai ikatan atau ketergantungan. (F.E. Hollander, Doelmating Brdrijfsbeheer,1952)
5. PR
sangat penting dalam menyampaikan penerangan atau pengumuman yang pada
prinsipnya membangun hubungan baik antara kelompok orang yang mempunyai
hubungan atau ikatan dengan organisasi. (NGRP- Nederlandsche Genoodschap Public Relations,1963)
6. PR
secara teratur menciptakan saling pengertian antara organisasi dan kelompok
publiknya. (NGRP,1972)
7. PR
merupakan seni dari pengetahuan untuk mengembangkan saling pengertian dan niat
baik diantara seseorang, perusahaan, atau instansi dan publiknya.
8. PR
Praktik merupakan seni dan ilmu sosial untuk menganalisis kecenderungan,
memprediksikan konsekuensi – konsekuensi mereka, menasihati para pemimpin
organisasi, dan melaksanakan program yang direncanakan dari tindakan – tindakan
yang akan melayani baik organisasi maupun interes publiknya. (Mexican Statement
in Public Relations Practice, Mexico City,1978)
Pengertian
diatas sekedar memberikan gambaran, apa sebenarnya arti PR tersebut. Dari
beberapa definisi tersebut para ahli melihat hal yang paling mencolok, yakni
“Konsepnya menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik secara teratur antara
organisasi dengan publiknya”. Internasional
Public Relations Association (IRPA) memberi definisi PR sebagai berikut : “Public Relations is a management function,
of a continuing and planned caracter, through which public and private
organizations and institutions seek to win and retain the understanding,
sympathy, and support of those with whom there are or may be concerned by
evaluating public opinion about themselves, in order to correlate, as far as
possible their own policies and procedures, to achieve by planned and
widespread information more productive coorporation and more efficient
fulfillment of their common interest”. (samson, Public Relations en Voorlicting, 120/10)
Definisi
tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut, Public Relations merupakan fungsi
manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan dijalankan secara
berkesinambungan oleh organisasi – organisasi, lembaga – lembaga umum dan
pribadi dipergunakan untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati
dan dukungan dari mereka yang ada hubungan dan diduga akan ada kaitannya,
dengan cara menilai opini publik mereka, dengan tujuan sedapat mungkin
menghubungkan kebijakan dan ketatalaksanaan, guna mencapai kerjasama yang lebih
produktif, dan untuk memenuhi kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan
kegiatan penerangan yang terencana dan tersebar luas.
Definisi
PR yang disepakati ahli yang tergabung dalam IPRA di Den Haag itu menyatakan
dengan tegas bahwa PR adalah fungsi manajemen, artinya, PR tersebut melekat
pada manajemen. Hal ini secara tidak langsung menyeragamkan definisi yang
begitu banyak dalam hal hubungan antara PR dengan manajemen yang beraneka
ragam.
J.C.
Seidel dan W. Emerson Rech menjelaskan bahwa PR adalah proses yang
berkesinambungan, seni menanamkan suatu rencana dan sebagainya.
Sedangkan
definisi kerja PR yang resmi dari IPRA adalah sebagai berikut : Public Relations is a distiinctive
management function which helps establish and maintain mutual lines of
communications, understanding, acceptance and cooperations between an
organisation and its publics; involves the management of problems or issues;
helps management to keep informed or and responsive to publicopinion; defines
and emphasises the responsibility of management to serve the public interest;
helps management keepabrease of effectively utilise chage, serving as an early
warning system to help anticipate trends, and uses research and sound and
ethical communication techniques as its principle tools.
(Publik
Relations merupakan fungsi manjemen yang khas yang mendukung pembinaan dan
pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai
komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerja sama, melibatkan manajemen dalam
permasalahan dan persoalan; membantu manajemen memberikan penerangan dan
tanggapan dalam hubungan dengan opini publik; menetapkan dan menekankan
tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum; menopang manajemen
dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai
sistem peringatan yang dini dalam membantu mendahului kecenderungan; dan
menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai
sarana utama). PR adalah fungsi manajemen sehingga komunikasi dalam kegiatan PR
sangat penting, komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah dari
organisasi ke publiknya, dari publik ke organisasi secara timbal balik, dengan
memperhatikan opini publik sebagai efeknya, baik yang terdapat pada publik
internal maupun publik eksternal.
Tujuan
Humas adalah penyajian berbagai informasi dan pendidikan atau penyuluhan untuk
menciptakan saling pemahaman.
Proses Transfer dalam
Humas





Sebuah perusahaan atau instansi bisa
saja jadi merupakan subjek dari salah satu atau lebih dari empat pernyataan
negatif pada kotak sebelah kiri dari model proses pengubahan humas.
1. Antipati.
Sebuah organisasi, instansi atau perusahaan bisa jadi dimusuhi oleh pihak –
pihak tertentu karena tindak tanduknya tidak disukai, misalnya salah satu
produknya dibuat asal jadi, kepribadiannya dinilai buruk, perusahaan berasal
dari negara asing atau semata – mata karena perusahaan tersebut besar sekali!
Mungkin juga ada sikap permusuhan terhadap suatu industri yang semata – mata
berdasarkan anggapan yang keliru.
2. Kecurigaan.
Lebih berat mengatasi rasa curiga dari pada sikap anti pati,karena prasangka itu biasanya berakar lama dan diwariskan
dari keluarga, pendidikan, etnis atau malah pengaruh geografis. Prasangka memang
tidak didasarkan pada alasan yang rasional, namun keberadaannya lebih sulit
dikikis karena terlanjur mengakar dalam hati.
3. Masa bodoh. Rasa tidak tertarik terhadap sesuatu juga
amat sulit diatasi. Orang – orang pada umumnya cenderung bersikap kolot : terpaku
pada kebiasaan – kebiasaan lama yang terlanjur mengakar, dan enggan mencoba hal
– hal yang baru.
4. Lalai.
Dalam dunia yang kompleks ini setiap orang terdorong untuk mengabaikan banyak
hal. Ini tak bisa dielakkan.
Inilah
sikap negatif yang harus diubah oleh humas menjadi perilaku yang positif.
Sebagian besar urusan humas adalah mengupayakan perubahan ini, yakni
mentransfer perilaku negatif menjadi perilaku positif.
Humas Pemerintah
Dalam
bukunya yang berjudul Public Relation Praktis, Drs. Elvinaro Ardianto,Msi.
Menjelaskan, Public Relation Pemerintah atau disingkat PR Pemerintah, pada
dasarnya tidak bersifat politis. PR Pemerintah dibentuk untuk mempublikasikan
atau mempromosikan kebijakan – kebijakan pemerintah, memberi informasi secara
teratur tentang kebijakan , rencana – rencana tentang peraturan dan perundang – undangan, dan
segala sesuatunya yang berpengaruh kepada kehidupan masyarakat. Tugas PR
Pemerintah keluar harus memberi masukan dan saran bagi para pejabat
pemerintahan atau pejabat negara tentang segala informasi yang diperlukan dan
reaksi atau kemungkinan reaksi masyarakat akan kebijakan lembaga, baik yang
sedang dilaksanakan, ataupun yang sedang diusulkan.
Seiring
dengan tuntutan transparasi dari masyarakat luas sebagai PR Pemerintah, manfaat
PR dalam penyelenggaraan pemerintahan secara umum telah diterima sejak lama. Bahkan,
beberapa kalangan mengatakan, bahwa pemanfaatan PR oleh pemerintah mendahului
penggunaan PR oleh kalangan swasta (diadaptasi dari Kusumastuti.2003::37).
Lembaga
– lembaga pemerintah baik itu pusat maupun daerah, bertanggung jawab untuk
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai segala macam kebijakan dan
program yang telah, tengah, dan akan dilancarkan oleh pemerintah. Dalam hal
ini, negara – negara dunia ketiga memang jauh ketinggalan.
Pemerintah
negara – negara berkembang mengahdapi tantangan humas yang sangat besar.
Sehubungan dengan besarnya tantangan itu maka lembaga – lembaga pemerintah
lebih membutuhkan praktisi humas yang handal dibandingkan sektor industri maupun
komersial swasta.
PR
tidak dapat dipisahkan dari opini publik, terutama dalam bidang pemerintah yang
langsung atau tidak langsung mempunyai hubungan dengan berbagai publik dalam
mengatur kesejahteraan dan keamanan tiap warganegara. Teknik PR dalam pemerintah
tidak ada bedanya dengan teknik – teknik PR yang digunakan PR disektor atau
bidang lainnya (Abdurachman.2001:111).
Tugas
pemerintah memang sangat berat karena masyarakat yang dihadapi terdiri dari
berbagai publik dengan kepentingan yang sangat kompleks. Karakteristik yang
melekat dalam setiap kegiatan pemerintah, antara lain:
1. Program
pemerintah ditujukan untuk masyarakat luas dengan berbagai latar belakang,
karakter, ekonomi, pendidikan yang beragam.
2. Seringkali
hasilnya abstrak, yang sulit dilihat dalam waktu dekat, bahkan dalam jangka
yang panjang sekalipun, karena sifatnya yang terpadu dan berkesinambungan.
3. Program
pemerintah selalu mendapat pengawasan dari berbagai kalangan, terutama pers,
lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan sebagainya. Mereka sangat berperan dalam
proses penyadaran masyarakat mengenai permasalahan – permasalahan mereka
sebagai warga masyarakat (diadaptasi dari Kusumastuti.2002:38).
Lebih
jauh,Kusumastuti (2002) berpendapat, bahwa karakteristik itulah yang
melatarbelakangi, mengapa PR Pemerintah perlu diterapkan dan dikembangluaskan
secara profesional ditengah masih menghadapi permasalahan penerapan PR
Pemerintah yang ideal. Seperti Undang – Undang dan Peraturan organisasi
seringkali menghambat fungsi PR Pemerintah, ditambah lagi masalah dana, tumpang
tindihnya job description, yang
sedikitnya memperburuk citra PR Pemerintah yang dianggap ketinggalan jaman
(Kuno) kinerjanya. Kusumastuti(2002)menyebutkan, PR Pemerintah cenderung
mendapat image (citra) yang negatif.
Orang awam menilai, bahwa PR Pemerintah identik dengan ketidak profesionalan,
jabatan buangan, dan sebutan lain yang membuat jabatan PR Pemerintah tidak
menarik dan bergengsi.
Tugas dan Fungsi Humas
atau Public Relations (PR)
PUBLIC
RELATIONS (PR) berfungsi sebagai “jembatan komunikasi” antara suatu organisasi
dengan lembaga lainnya serta berbagai elemennya. Tujuannya adalah, supaya
terjadi saling pengertian antara kedua belah pihak, dan akhirnya terciptanya
citra positif serta dukungan publik terhadap keberadaan organisasi tersebut.
Praktik PR pada hakikatnya adalah aktivitas. Oleh sebab itu, tujuan Praktik PR
serupa dengan tujuan komunikasi, yakni adanya penguatan dan perubahan
pengetahuan, perasaan dan perilaku komunikan (penerima pesan). Praktik PR juga
bertujuan untuk membentuk danmempertahankan perasaan, serta prilaku positif
masyarakat luas terhadap organisasi, lembaga atau perusahaan. Tujuan praktik PR
adalah membuat publik dan organisasi, lembaga atau perusahaan saling mengenal,
baik kebutuhan , kepentingan, harapan, maupun budaya masing – masing
(diadaptasi dari Kusumastuti. 2002 : 20 -21).
Praktik
PR juga memiliki fungsi manajemen, yakni mendorong kemapanan dan saling
memelihara arus komunikasi yang menciptakan pengertian, penerimaan dan
kerjasama antara organisasi dengan berbagai publiknya, termasuk melibatkan diri
dalam manajemen untuk memecahkan masalah atau mengatasi suatu isu, membantu
manajemen untuk menginformasikan dan merespon terhadap opini publik, membatasi
dan menengaskan tanggung jawab manajemen untuk melayani publik yang
berkepentingan, membantu manajemen membuat kebijakan tertentu secara efektif
untuk menciptakan perubahan yang bermanfaat, menjalankan sistem peringatan dini
untuk mengantisipasi kecenderungan – kecenderungan, dan menggunakan penelitian
akal sehat serta komunikasi secara etis sebagai prinsip dasarnya (di adaptasi
dari Cutlip, Center and Broom.2004:4).
Kemampuan
manajerial atau kepemimpinan seorang PR dapat diartikan sebagai kemampuan
mengantisipasi masalah dalam dan luar organisasi, termasuk kemampuan untuk
menyusun rencana kegiatan dan melaksanakannya. Seorang PR diharapkan mampu
mengorganisasikan berbagai kegiatan PR. Aktivitas kesehariannya selalu terisi
dengan berfikir, merencana, membuat anggaran, negosiasi, evaluasi, membuat
laporan dan lainnya. Singkatnya, seorang yang berprofesi PR harus bekerja
keras.
F.
Rachmadi (1994) berpendapat, fungsi PR yang utama adalah menyelenggarakan
hubungan dengan publiknya guna memperoleh dukungan dan simpatik publik, maka ia
harus memiliki:
1. Kemampuan
mengamati dan menganalisis problem
2. Kemampuan
menarik perhatian
3. Kemampuan
mempengaruhi opini
4. Kemampuan
menjalin hubungan dan suasana saling percaya
Dari
keempat persyaratan tersebut maka dapat disimpulkan secara sepintas, betapa
luasnya tugas PR. Menurut Kogan, seperti yang dikutip Rachmadi (1994), fungsi
pokok PR adalah fungsi manajemen, yakni sebagai peneliti dan penilai selera dan
sikap masyarakat, menyelaraskan kebijakan organisasi dengan kepentingan umum,
serta merumuskan dan melaksanakan suatu program kerja untuk mendapatkan
dukungan dan kepercayaan masyarakat.
Pada
prinsipnya, PR adalah fungsi manajemen puncak. Kehadirannya didalam suatu
organisasi, lembaga atau perusahaan selayaknya berada langsung dibawah pimpinan
paling atas, atau sekurang – kurangnya mempunyai hubungan kerja langsung dengan
pimpinan perusahaan. Bagi seorang PR posisi dilevel atas organisasi ini
memudahkan dia melaksanakan tugasnya, yang menuntut pengetahuan menyeluruh
mengenai keadaan organisasi, lembaga atau perusahaan, dan demi kecepatan
penyampaian berita atau informasi kepada pimpinan utama sebagai pengemban citra
yang menentukan dalam organisasi tersebut. Jadi, PR berfungsi sebagai pusat
sirkulasi informasi keluar dan kedalam bagi pimpinan organisasi, lembaga atau
perusahaan. Idealnya, PR berfungsi sebagai juru bicara (komunikator) pimpinan
paling atas, karena pimpinan sebagai sumber informasi utama bagi komunikator
(diadaptasi dari Rachmadi.1992; 8 -10).
Sebagai
komunikator yang baik seorang PR haruslah mengetahui pendapat pihak lain
tentang sebuah organisasi, lembaga, atau perusahaan. Setiap organisasi tersebut
mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Citra itu datang dari
publik pelanggan, pelanggan potensial, bankir, staf perusahan, pesaing,
distributor, pemasok, asosiasi dagang, asosiasi profesi, pemasok, asosiasi
konsumen dan lainnya, yang mempunyai pandangan terhadap organisasi, lembaga,
atau perusahaan. Idealnya, semua pihak harus mempunyai pandangan baik terhadap
organisasi tersebut. Oleh karena itu, salah satu tujuan organisasi adalah
memperluas praktik PR yang baik, sehingga citranya menjadi baik (diadaptasi
dari Katz.1994 :68).
Dapat
dikatakan PR terlibat dan bersifat integratif dalam manajemen organisasi. Hal
ini merupakan satu bagian dari satu napas yang sama dalam organisasi tersebut.
PR harus memberikan identitas organisasi dengan tepat dan benar serta mampu
mengkomunikasikannya sehingga publik menaruh kepercayaan dan mempunyai
pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi tersebut. Kesuksesan PR
terletak pada apakah organisais dan produk ataupun jasanya diakui dan diterima
publik, PR secara terus menerus mengadakan komunikasi atau dialog dengan publik
internal maupun eksternal, PR merupakan instrumen dalam manajemen yang dengan
secara kontinu memberikan informasi kepada kelompok publik terkait, informasi
mengenai peraturan organisasi dan tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan
organisasi, PR merupakan fungsi manajemen, yang didasarkan pada analisis
terhadap pengaruh yang kuat dari lingkungan, apa ekef dan dampak terhadap
publik internal atau eksternal, peraturan yang telah diolah menjadi perencanaan
yang nyata untuk direalisasikan, demi keuntungan dua belah pihak.
Lima
pokok tugas Public Relations sehari – hari sebagai berikut:
1. Menyelengarakan
dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara lisan, tertulis,
melalui gambar (Visual) kepada publik, supaya publik mempunyai pengertian yang
benar tentang organisasi atau perusahaan, tujuan, serta kegiatan yang
dilakukan. Itu semua disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan
publik internal atau eksternal dan memperhatikan, mengelola, mengintegritaskan
pengaruh lingkungan yang masuk demi perbaikan dan perkembangan organisasi.
2. Monitoring,
merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat.
Disamping itu, menjalankan dan bertanggung jawab terhadap kehidupan kita
bersama dan lingkungan. Karena mereka ikut menentukan kehidupan organisasi
apabila kita tidak saling menganggu. Perlu diajak berunding untuk kebaikan
semua pihak tak ada yang dirugikan, sebagai contoh lingkungan tidak diganggu.
3. Memperbaiki
Citra Organisasi. Bagi PR, menyadari citra yang baik tidak hanya terletak pada
bentuk gedung, prestasi, publikais dans eterusnya tetapi terletak pada :
a. Bagaimana
organisasi bisa mencerminkan organisasi yang dipercayai, memiliki kekuatan,
mengadakan perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka untuk di
kontrol, dievaluasi
b. Dapat
dikatakan bahwa citra tersebut merupakan gambaran komponen yang kompleks
4. Tanggung
jawa sosial. PR merupakan istrumen untuk bertanggung jawab terhadap semua
kelompok yang berhak terhadap tanggung jawab tersebut. Terutama kelompok publik
sendiri, publik internal dan pers.
5. Komunikasi.
PR mempunyai bentuk komunikais yang khusus, komunikasi timbal – balik, maka
pengetahuan komunikasi menjadi modalnya. Dalam fungsinya, komunikasi itu
sentral. Perlu juga untuk dimiliki adalah pengetahuan manajemen dan
kepemimpinan, struktur organisasi.
Bauran Public Relations
(PR MIX)
Philip
Kotler, seperti yang disitir Ruslan (1998), menampilkan gagasan megamarketing.
Ia memasukan unsur dua “P” baru, yakni power
dan public relations kedalam
marketing mix (bauran pemasaran) konvensional 4 - Ps, yang terdiri dari
Product, Price, Promotions, and Placement. Perkembangan sistem pemasaran
berubah menjadi formula 6-Ps, yakni dengan menambah Power yang menyandang potensi mendorong (push strategy) dan public relations yang berpotensi menarik (pull strategy).
Dalam
buku “megamarketing”, Harvard Business Review, Philip Kotler mengungkapkan
sebagai berikut : “Megamarketing is the
strategically coordinated applications of economis, psyshological, political
and public relations skill to gain the cooperation of a number of parties in
order to enter and or operate in a given market.”
Pola
4-Ps yang konvensional lebih mudah di kontrol (controlled), karena korelasi komponen dalam marketing mix tersebut
berwujud dan terukur (tangible).
Sedangkan dalam bauran megamarketing,
karena memasuki kekuatan opini (power),
persepsi, tanggapan, dan tujuan yang hendak dicapai public relations, maka
hasil dan prosesnya lebih sulit di ukur (intangible).
Masalah citra atau kepercayaan itu hasilnya sulit untuk diketahui tolak ukurnya
dan sulit di kontrol (uncontrolled),
karena variabelnya bersifat kualitatif. Sedangkan bauran pemasaran konvensional
lebih bersifat kuantitatif.
Megamarketing
tersebut kemudian dikembangkan oleh Thomas L. Haris dalam bukunya Marketer’s Guaide to Public Relations,
yang melahirkan Marketing Public
Relations (MPR). Dari kedua pakar pemasaran tersebut dikembangkan lagi
secara rinci peranan bauran PR (Public
Relations Mix) menjadi Pencils yang hampir mirip dengan promotion mix, yaitu formula PASP (Publications, Advertising, Sales Promotions
and Personal Selling).
Dalam
bukunya yang berjudul Accounding To Kotler, Philip Kotler mengatakan Humas
(Public Relations) memiliki banyak alat bantu yang disebutnya sebagai PENCILS :
Publications (Publikasi), Events (Kegiatan), News (Berita), Community
Involvement (Keterlibatan Komunitas), Identity Tools (alat bantu identitas),
Lobbying (pelobian), dan Social Investment (Investasi Sosial). Humas memiliki
peluang lebih besar untuk menyampaikan pesan. Terlebih lagi, pesan dapat
disampaikan dengan lebih segar dan terpercaya. Humas lebih siap menciptakan “sensasi”
atas produk atau jasa baru.
Bauran PR, Jika dijabarkan secara rinci dalam
korelasi komponen utama peran public relations, adalah sebagai berikut :
1. Publications
(Publikasi dan Publisitas)
Setiap
fungsi dan tugas public relations adalah menyelenggarakan publikasi atau
menyebarkan informasi melalui berbagai media tentang kegiatan perusahaan /
organisasi, yang pantas untuk diketahui oleh publik. Setelah itu,PR juga
menghasilkan publisitas untuk memperoleh tanggapan positif secara lebih luas
dari masyarakat. Dalam hal ini, tugas public relations officers (PRO) adalah
menciptakan berita untuk mencari publisitas melalui kerjasama dengan pihak
pers/wartawan dengan tujuan menguntungkan citra lembaga atau organisasi yang
diwakilinya.
2. Events
(Penyusunan Program Acara)
PR
juga merancang acara tertentu tang dipilih dalam jangka waktu, tempat, dan
obyek tertentu yang secara khusus untuk mempengaruhi opini publik. Semua
kegiataan promosi atau publikasi
dikaitkan dengan event tersebut. Biasanya, event tersebut ada beberapa jenis.
Diantaranya :
a. Calender event
yang rutin (reguler event) dilaksanakan pada bulan tertentu sepanjang tahun.
b. Special events,
yaitu yang sifatnya khusus, dan dilaksanakan pada momen tertentu diluar acara
rutin dari program kerja PR, seperti peluncuran produk baru, pembangunan kantor
baru, jalan baru, gedung baru dan sebagainya.
c. Moment events,
yaitu event atau acara yang bersifat momental, atau lebih khusus lagi, misalnya
menyambut pesta perak, perta emas, pesta berlian hingga menghadapi millenium.
3. News
(Menciptakan Berita), yakni upaya untuk menciptakan berita melalui press
realease, news letter, bulletin, dan lain – lain yang biasanya mengacu teknis
penulisan 5W+1H (who, what, where,
when,why dan how). Sistematika penulisannya adalah “piramida terbalik”.
Yang paling penting diletakkan ditengah batang berita. Untuk itulah seorang PR
harus mempunyai kemampuan untuk menulis, karena sebagian tugasnya untuk tulis
menulis (PR Writing), khususnya dalam
menciptakan publisitas.
4. Community Involvement
(Kepedulian pada komunitas), tugas sehari – hari seorang public relations
officer (PRO) adalah mengadakan kontak sosial dengan kelompok masyarakat
tertentu, serta menjaga hubungan baik (community
relations and humanity relations) dengan pihak organisasi atau lembaga yang
diwakilinya.
5. Inform or image
(memberitahukan atau meraih citra), ada dua fungsi utama dari public relations, yaitu memberitahukan sesuatu kepada
publik atau menarik perhatian, sehingga diharapkan akan memperoleh tanggapan
berupa citra positif. Proses dari “nothing”
menjadi “something”. Dari yang tidak
tahu menjadi tahu, setelah tahu menjadi suka, dan kemudian diharapkan timbul
sesuatu (something), yaitu berupa
citra.
6. Lobbying and
negotiating (pendekatan dan
bernegosiasi),keterampilan untuk melobi secara profesional, dan kemampuan
bernegosiasi sangat diperlukan bagi seorang PRO, agar semua rencana, ide, atau
gagasan kegitan suatu lembaga memperoleh dukungan dari individu dan lembaga
yang berpengaruh, sehingga timbul situasi saling mengguntungkan (win-win solution).
7. Social responsibility (Tanggung
jawab sosial), aspek tanggung jawab dalam dunia public relations sangat
penting. PR tidak hanya memikirkan keuntungan materi bagi lembaga atau
organisasi secara tokoh yang diwakilinya, tetapi juga kepedulian kepada
masyarakat. Hal ini penting, supaya ia memperoleh simpati atau empati dari
khalayaknya. Inilah yang di dalam teori public relations disebut sebagai social marketing (diisitir dari
Ruslan.2000:12-15).
Manajemen Public
Relations
Manajemen
dan Public Relations adalah dua bidang ilmu yang berkembangsecara terpisah.
Akan tetapi, seperti yang kita saksikan perkembangannya pada akhir abad ke 20
ini, manajemen akhirnya berhasil meningkatkan peranannya pada hampir setiap
bidang kehidupan. Seperti pada hubungan antara manajemen dan bidang – bidang
lainnya, manajemen juga telah menyatu dengan Public Relations. Artinya,
manajemen telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi penerapan konsepsi public
relations dalam kehidupan (kasali.1994).
Manajemen,
dalam konteks strategis, mempunyai peran untuk membantu perubahan meyesuaikan
diri dengan perubahan – perubahan dalam lingkungan usaha. Lingkungan usaha,
seperti yang sering kita baca di surat kabar, dalam kurun waktu 10 tahun
belakangan ini tampak menjadi sangat penting bagi penentu keberhasilan
perusahaan. Lingkungan adalah satu set faktor yang muncul dari luar dan tidak
dapat dikendalikan begitu saja secara mudah. Misalnya, perubahan – perubahan
peraturan, kegiatan politik, situasi ekonomi, perkembangan teknologi,
perkembangan jumlah penduduk, dan sebagainya. Perubahan – perubahan lingkungan
tertentu akan mempengaruhi prestasi perusahaan dalam meraih keuntungan, atau
memberi kontribusi pada pihak – pihak yang terkait. Public relations mempunyai
peranan yang penting dalam upaya mengefektifkan organisasi dengan membangun
hubungan jangka panjang dengan lembaga – lembaga strategis.
Dalam
melaksanakan pekerjaannya, seorang praktisi public relations akan menggunakan
konsep – konsep manajemen untuk mempermudah pelaksanaan tugas – tugasnya,
seperti membuat rencana, melakukan persiapan – persiapan, melakukan aksi dan
komunikasi dan ditutup dengan tindakan pengendalian yang disebut evaluasi.
Pelaksanaan tugas public relations bukanlah semata – mata melakukan aksi, melainkan membutuhkan rencana – rencana, dan diikuti dengan langkah – langkah pengendalian melalui suatu proses evaluasi. Sementara Cutlip, Center dan Broom, dalam bukunya Effective Public Relations (2000:339-456), dan terjemahan Indonesianya tahun 2005, berpendapat bahwa proses Manajemen Public Relations terdiri dari: Defining Public Relations Problems, Planning and Programming, Taking Action and Communicating, Evaluating The Programs. Terjemahan bahasa Indonesianya (2005:267 - 357) adalah Mendefinisikan Masalah Hubungan Masyarakat, Membuat Rencana dan Program, Mengambil Tindakan dan berkomunikasi, Mengevaluasi Program.
Manajemen
Strategis. Istilah strategic management sering disebut pula rencana strategis,
atau rencana jangka panjang perusahaan. Dalam suatu rencana strategis,
perusahaan menerapkan garis – garis besar tindakan strategis yang akan dicakup,
tentu amat bervariasi. Untuk melihat kedepan, perusahaan perlu melihat ke
belakang, yakni hal – hal yang telah dicapai dimasa lalu, harapan yang
dijanjikan dari prestasi itu, dan persepsi yang muncul dari lingkungannya.
Seorang praktisi public relations tidaklah dibenarkan mengabaikan pelaksanaan
penyusunan rencana jangka panjang ini. Ia perlu turut aktif mengobservasi
pendapat dan harapan tersebut. Karena prosesnya melibatkan banyak pihak, suatu
rencana jangka panjang yang berhasil disatukan sering disebut pula suatu “consensus”.
Rencana
jangka panjang inilah yang menjadi pegangan bagi para praktisi public relations
untuk menyusun berbagai rencana teknis, dan langkah komunikasi yang akan
diambil sehari – hari. Untuk dapat bertindak secara strategis, kegiatan public
relations harus menyatu dengan visi atau misi organisasi, yakni alasan
organisasi dapat menetapkan objektifnya, dan bekerja berdasarkan objektif
tersebut.
Sama
seperti bagian atau divisi lain di dalam perusahaan, untuk memberi kontribusi
kepada rencana jangka panjang itu, praktisi public relations dapat melakukan
langkah – langkah sebagai berikut :
1. Menyampaikan
fakta dan opini, baik yang beredar didalam maupun diluar perusahaan. Bahan –
bahan dapat diperoleh dari kliping media massa dalam kurun waktu tertentu
dengan melakukan penelitian terhadap naskah pidato pimpinan, bahan yang
dipublikasikan perusahaan, serta melakukan wawancara tertentu dengan pihak yang
berkepentingan atau dianggap penting.
2. Menelusuri
dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perubahan yang terjadi secara
historis. Perubahan ini umumnya disertai dengan perubahan sikap perusahaan
terhadap publiknya, dan sebaliknya.
3. Melakukan
analisis SWOT (Strengths = Kekuatan, Weeknesses = kelemahan, Opportunities = peluang, dan Threats = ancaman). Meski tidak perlu
menganalisis hal – hal yang berada diluar jangkauannya, seorang praktisi public relations perlu melakukan
analisis yang berbobot mengenai persepsi dari luar dan dalam perusahaan atas
SWOT yang dimiliki. Misalnya, menyangkut masa depan industri yang ditekuninya,
citra yang dimiliki perusahaan, kultur yang dimiliki, serta potensi lain yang
dimiliki perusahaan.
Komponen
S (Strengths) dan W (Weaknesses) dikaji dari unsur – unsur
yang berasal dari dalam perusahaan. Sedangkan, kedua komponen lainnya (O dan T)
dikaji dari lingkungan dimana ia berada. Peluang dan ancaman bisa muncul dari
unsur – unsur seperti peraturan pemerintah, kecemburuan masyarakat, nilai
masyarakat, perubahan struktur kependudukan, pandangan yang tengah beredar di
masyarakat, situasi ekonomi, perubahan politik, tekanan yang muncul dari para
environmentalist dan sebagainya.
Berdasarkan
rumusan itulah seorang praktisi public relations dapat menentukan langkah yang
dapat diambil, serta program kerja yang akan disusun. Dengan pendekatan ini,
praktis langkah yang diambil oleh seorang praktisi public relations akan lebih
selaras dengan arah perusahaan secara menyeluruh.
Model Strategic
Management Untuk Public Relations
Pearce
dan Robinson mengembangkan langkah – langkah strategic management sebagai
berikut :
1. Menentukan
mission perusahaan, termasuk didalamnya adalah pernyataan yang umum mengenai
maksud pendirian (purpose), filosofi,
dan sasaran (goals).
2. Mengembangkan
company profile yang mencerminkan kondisi intern perusahaan, dan kemampuan yang
dimilikinya.
3. Penilaian
terhadap lingkungan eksternal perusahaan, baik dari segi semangat kompetitif
maupun secara umum.
4. Analisis
terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang melahirkan pilihan -
pilihan).
5. Identifikasi
atas pilihan yang dikehendaki, yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi tuntun
misi perusahaan.
6. Pemilihan
strategi atas objective jangka
panjang, dan garis besar strategi yang dibutuhkan untuk mencapai objective tersebut.
7. Mengembangkan
objective tahunan dari rencana jangka
pendek yang selaras dengan objective
jangka panjang, dan garis besar strategis.
8. Implementasi
atas hal – hal diatas dengan menggunakan sumber yang tercantum pada anggaran (budget), dan mengawinkan rencana
tersebut dengan sumber daya manusia, struktur, teknologi, dan sistem balas jasa
yang memungkinkan.
9. Review
dan evaluasi atas hal – hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka
pendek sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol, dan sebagai input bagi pengambilan keputusan dimasa
yang akan datang.
Maka
jelaslah, langkah yang perlu dilalui melibatkan berbagai pihak didalam
perusahan yang terdiri atas berbagai latar belakang. Tujuan sebenarnya
sederhana sekali, yakni menyelaraskan program dan tindakan setiap komponen
(bagian) perusahaan menuju suatu sasaran yang sama. Selain itu, kegiatan ini
terkadang melibatkan ahli – ahli dari luar perusahaan untuk mendapatkan
gambaran atas hal – hal yang terjadi diluar kendali perusahaan.
Public
relations, sebagai suatu komponen perusahaan, diadakan untuk tujuan strategis,
yaitu untuk membaca rintangan yang muncul dari luar maupun dari dalam, agar
perusahaan bisa mewujudkan tujuannya. Public relations memberi sumbangan yang
sangat besar bagi perusahaan dengan mengembangkan hubungan – hubungan (relations)
yang harmonis dengan stakeholdersnya, agar perusahaan dapat mengembangkan
kemampuannya mencapai tujuannya.
Public
relations dapat memberikan kontribusinya dalam proses strategic management
melalui dua cara : pertama, melakukan tugasnya sebagai bagian dari strategic
management keseluruhan organisasi, dengan melakukan survey atas lingkungannya,
dan membantu mendefinisikan misi, sasaran, dan objectives organisasi/
perusahaan. Keterlibatan PR dalam proses menyeluruh ini akan memberikan manfaat
yang besar bagi perusahaan sekaligus bagi PR itu sendiri, khususnya pada level
korporat. Tanpa keterlibatan itu, PR akan melakukan kegiatan secara membabi –
buta. PR akan menjadi penghias perusahaan yang menghabiskan uang dengan sia –
sia. Webster mengibaratkan sebagai seorang pengemudi yang berpergian keliling
kota tanpa dibekali peta.
Kedua,
public relations (PR) dapat berperan dalam strategic management dengan
mengelola kegiatannya secara strategis. Akhirnya, PR bersedia mengorbankan
kegiatan jangka pendek demi arah perusahaan secara menyeluruh. Kedua sumbangan
itu akan dapat dimengerti, bila disadari bahwa strategic management mempunyai area kegiatan dalam 3 lapisan, yakni
pada lapisan korporat atau organisasi secara menyeluruh, lapisan bisnis atau
lapisan khusus, dan lapisan fungsional.
Perencanaan Program
Humas
Ada
empat alasan mengapa dibutuhkan perencanaan dalam kegiatan Kehumasan. Empat
alasan tersebut adalah :
1. Untuk
menetapkan target – target operasi humas yang nantinya akan menjadi tolak ukur
atas segenap hasil yang diperoleh.
2. Untuk
memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan.
3. Untuk
memilih prioritas – prioritas yang paling penting guna menentukan (i)jumlah
program dan (ii) waktu yang diperlukan guna melaksanakan segenap program humas yang
telah diprioritaskan tersebut.
4. Untuk
menentukan kesiapan atau kelayakan pelaksanaan berbagai upaya dalam rangka
mencapai tujuan – tujuan tertentu sesuai dengan jumlah dan kualitas (i)personel
yang ada, (ii) daya dukung dari berbagai peralatan fisik seperti alat – alat
kantor, mesin cetak, kamera, kendaraan, dan sebagainya, serta (iii) anggaran
dan dana yang tersedia.
Kata
– kata yang terpenting diingat adalah jam kerja, prioritas, penentuan waktu,
sumber daya , peralatan dan anggaran. Disini prinsip – prinsip dasar ekonomi
berlaku, yakni kita harus memperhatikan kelangkaan dari hal – hal tersebut dan
dan nilainya yang tinggi dalam rangka mencapai tujuan. Dalam mencapai tujuan
kita selalu menghadapi hambatan yang abadi yakni, keterbatasan sumber daya. Tanpa
adanya suatu program terencana, seorang praktisi humas akan terpaksa beroperasi
secara instingtif sehingga ia mudah kehilangan arah. Ia akan selalu tergoda
mengerjakan hal – hal baru sementara hal yang lama belum terselesaikan. Pada
akhirnya ia akan sulit memperhatikan sejauhmana kemajuan telah dicapai.
Model Perencanaan Humas
Salah
satu model perencanaan humas adalah apa yang disebut sebagai “Model Enam
Langkah”. Model ini sudah diterima secara luas oleh para praktisi humas
profesional. Adapun keenam tahapnya yaitu sebagai berikut :
1. Pengenalan
situasi
2. Penentuan
tujuan
3. Definisi
khalayak
4. Pemilihan
media dan teknik – teknik humas
5. Perencanaan
anggaran
6. Pengukuran
hasil
2.3.2 Upaya dan Solusi untuk
Memecahkan Masalah
Pada
dasarnya humas adalah satu kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sebagai
satu rangkaian kampanye atau program
terpadu, dan semuanya itu berlangsung secara berkesinambungan dan teratur.
Begitupula Humas dalam Kementerian Perumahan Rakyat, semua kegiatan publikasi
baik di media cetak maupun elektronik telah di susun sedemikian rupa secara
apik dan teratur, namun dalam pelaksanaannya sering kali dilakukan secara
dadakan karena Humas Kementerian Perumahan Rakyat bekerja berdasarkan SK (Surat
Keputusan) karena Humas Kementerian Perumahan Rakyat berada di sebuah instansi
yang semuanya bekerja apabila ada SK. Padahal dalam teorinya kegiatan humas
sebenarnya sama sekali tidak bisa dilakukan secara sembarangan atau dadakan,
karna kegiatan Humas (publikasi) tidak membutuhkan anggaran yang kecil namun
besar, jadi bila tidak direncanakan
secara matang akan membuang – buang anggaran itu secara Cuma – Cuma.
Dalam
teori tujuan Humas melakukan publikasi adalah untuk memastikan bahwa niat baik
dan kiprah organisasi yang bersangkutan senantiasa dimengerti oleh pihak –
pihak lain yang berkepentingan (atau lazim disebut sebagai seluruh “khalayak”
atau publiknya). Namun pada kenyataannya Humas Kementerian Perumahan Rakyat
melakukan publikasi dengan tujuan agar target sasaran tahu kebijakan yang telah
dibuat oleh Kementerian namun tanpa memikirkan apakah dengan melakukan
publikasi melalui media massa cetak
maupun elektronik yang telah dilakukan selama ini cocok atau pas dengan
target yang akan disasar?.
Untuk
mengetahui efektifitas Manajemen Humas Kementerian Perumahan Rakyat dalam
mempublikasikan Visi “Setiap Keluarga Indonesia Menempati Rumah Layak Huni”,
penulis ingin memadukan kenyataan dengan teori yang telah penulis dapatkan di
bangku perkuliahan.
Proses Transfer dalam
Humas
Proses
transfer dalam Humas meliputi:





Humas
Pemerintah memiliki amanat yang sangat besar dibandingkan dengan Humas
perusahaan lainnya, karena Humas pemerintah harus mengubah Persepsi target
marketnya (masyarakat) yang telah memiliki sikap Antipati, Curiga, Masa Bodoh
dan Negatif terhadap Pemerintah. Sikap
ini muncul karena masyarakat merasa semua kebijakan yang dibuat pemerintah
adalah omong kosong belaka, dan
cenderung menyusahkan Rakyat. Oleh sebab itu Humas Pemerintah harus membuat
sebuah strategi yang matang untuk meluruskan pandangan keliru masyarakat
terhadap kebijakan pemerintah.
Dalam
teori Humas (PR) berfungsi sebagai “jembatan komunikasi” antara suatu
organisasi dengan lembaga lainnya serta berbagai elemennya. Tujuannya adalah,
supaya terjadi saling pengertian antara kedua belah pihak, dan akhirnya
terciptanya citra positif serta dukungan publik terhadap keberadaan organisasi
tersebut. Humas Kementerian Perumahan Rakyat harus bekerja lebih keras untuk
menjalankan fungsinya sebagai “jembatan komunikasi” karena tujuan dari
publikasi tidak menghasilkan pengertian yang sama antara komunikator (Humas)
dan Komunikannya (Masyarakat). Di benak masyarakat Citra Kementerian Perumahan
Rakyat adalah sebuah Instansi Pemerintah yang berfungsi untuk membuatkan rumah
bagi masyarakat, padahal dalam kenyataannya Kementerian Perumahan Rakyat hanya
membuat Regulasi mengenai Perumahan Rakyat yang nantinya digunakan oleh Pengembang
dan Bank sebagai landasan untuk mewujudkan rumah murah bagi masyarakat.
Humas
atau public relations memiliki alat bantu yang sering disebut sebagai “PENCILS”
Publications (Publikasi), Events (Kegiatan), News (Berita), Community
Involvement (Keterlibatan Komunitas), Identity Tools (alat bantu identitas),
Lobbying (pelobian), dan Social Investment (Investasi Sosial). Namun pada
kesempatan kali ini penulis hanya akan membahas tentang publikasi.
Publications
(Publikasi dan Publisitas)
Setiap
fungsi dan tugas public relations adalah menyelenggarakan publikasi atau
menyebarkan informasi melalui berbagai media tentang kegiatan perusahaan /
organisasi, yang pantas untuk diketahui oleh publik. Setelah itu,PR juga
menghasilkan publisitas untuk memperoleh tanggapan positif secara lebih luas
dari masyarakat. Dalam hal ini, tugas public relations officers (PRO) adalah
menciptakan berita untuk mencari publisitas melalui kerjasama dengan pihak
pers/wartawan dengan tujuan menguntungkan citra lembaga atau organisasi yang
diwakilinya.
Untuk
membuat Publikasi dibutuhkan rencana yang matang, untuk itu penulis ingin
mengulasnya dengan memasukan rancangan rencana tersebut dalam Manajemen Public
Relations.

Proses
manajemen public relations diawali dengan tahap pengumpulan fakta, dalam hal
ini Humas Kementerian Perumahan Rakyat mengumpulkan data – data yang sekiranya
diperlukan untuk menyusun strategi publikasi baik di media cetak maupun media elektronik. Data
– data tersebut di dapatkan dari Rencana Strategis Kementerian Perumahan Rakyat
Tahun 2010 – 2014, kliping berita harian, Keputusan Menteri serta UU tentang
perumahan. Dalam hal ini Humas Kementerian Perumahan Rakyat telah melakukan hal
tersebut, Humas Kementerian Perumahan Rakyat dalam membuat rancangan media
publikasi berpedoman pada Rancangan Strategis Kementerian Perumahan Rakyat
Tahun 2010 – 2014, kliping berita harian dan keputusan menteri serta UU tentang
perumahan.
Definisi
Masalah, dalah hal ini seorang praktisi Humas perlu melibatkan diri dalam
penelitian dan pengumpulan fakta. Selain itu praktisi Humas perlu memantau dan
terus membaca terus pengertian, opini, sikap, dan perilaku mereka yang
berkepentingan dan terpengaruh oleh sikap dan tindakan perusahaan. Pada tahap
ini di tentukan: “What’s happening now?” ,
tahap ini dilakukan oleh Praktisi Humas setiap saat secara kontinu, bukan hanya
pada saat kritis. Pada bagian ini penulis menganggap Humas Kementerian
Perumahan Rakyat belum melibatkan diri secara optimal dalam hal memantau dan
terus membaca pengertian, opini, sikap dan perilaku target market yaitu
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), karena opini dan pengertian mereka
terhadap Kementerian Perumahan Rakyat bisa dibilang salah besar, masyarakat
menganggap Kementerian Perumahan Rakyat adalah Instansi Pemerintah yang
membangun perumahan untuk masyarakat padahal Kementerian Perumahan Rakyat hanya
membuat kebijakan dan menjadi fasilisator dalam hal pemmbangunan perumahan.
Perencanaan
dan program, pada tahap ini seorang praktisi PR sudah menemukan penyebab
timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah – langkah pemecahan atau
pencegahan. Langkah – langkah itu dirumuskan dalam bentuk rencana dan program,
termasuk anggaran.
Model Perencanaan Humas
Salah
satu model perencanaan humas adalah apa yang disebut “model enam langkah”.
Model ini terdiri dari :
1. Pengenalan
situasi
2. Penetapan
tujuan
3. Definisi
khalayak
4. Pemilihan
media dan teknik – teknik humas
5. Perencanaan
anggaran
6. Pengukuran
hasil
1.Pengenalan
situasi
Pengenalan
situasi merupakan tumpuan perencanaan logis. Artinya, segenap prosedur
penyusunan rencana harus didasarkan pada tujuan. Tentu saja, keberhasilan akhir
tidaklah ditentukan semata – mata oleh baik – tidaknya perencanaan, melainkan
juga pada keahlian dan efisiensi proses pelaksanaannya. Kunci pertama dalam
menyusun suatu rencana secara logis adalah pemahaman terhadap situasi yang ada.
Hal ini bisa diperoleh dengan mengajukan dan menjawab serangkaian pertanyaan
seperti berikut ini.
a.
Apa saja yang sudah
diketahui dan yang tidak diketahui oleh masyarakat tentang Kementerian
Perumahan Rakyat?
Masyarakat mengetahui
Kementerian Perumahan Rakyat adalah instansi pemerintah yang membangun perumahan
untuk masyarakat Indonesia, namun pada kenyataannya Kementerian Perumahan
Rakyat hanyalah membuat kebijakan tentang perumahan rakyat dan menjadi
fasilisator antara pengebang dan perbankan untuk mewujudkan rumah murah (layak
huni) bagi masyarakat.
b.
Apakah ada kesalahan
dalam pandangan atau sikap mereka?
Terjadi kesalah
pengertian di masyarakat, karena masyarakat menganggap Kementerian Perumahan
Rakyat adalah penyedia rumah layak huni bagi masyarakat Indonesia.
Selain
itu untuk mengetahui situasi keberadaan Kementerian Perumahan Rakyat, Penulis
akan melakukan analisis SWOT (Strengths
= Kekuatan, Weeknesses = kelemahan, Opportunities = peluang, dan Threats = ancaman).
Strengths
· Kementerian
Perumahan Rakyat adalah Instansi Pemerintah sehingga tanpa adanya publikasi
yang berlebih Kementerian Perumahan Rakyat bisa tetap terus berjalan.
Weeknesses
· Dalam
melakukan publikasi Humas Kementerian Perumahan Rakyat harus berdasarkan pada
SK dari atasan.
·
Publikasi yang dilakukan terbatas pada anggaran dana
dan turunnya dana.
Opportunity
· Kementerian
Perumahan Rakyat adalah suatu Instansi Pemerintah sehingga banyak media yang
meliput kegiatan Kementerian Perumahan Rakyat secara Cuma – Cuma.
Threat
· Opini
dan pengetahuan masyarakat yang berkembang berbeda dengan kenyataannya. Opini
dan pengetahuan masyarakat, Kementerian Perumahan Rakyat adalah Instansi
Pemerintah yang membangun rumah layak huni untuk masyarakat padahal
kenyataannya Kementerian Perumahan Rakyat adalah pembuat kebijakan tentang
perumahan rakyat.
2.Penetapan
Tujuan
Tujuan
Kementerian Perumahan Rakyat, tertuang pada Visinya yaitu “Setiap Keluarga
Indonesia Menempati Rumah Layak Huni”. Sehingga setiap publikasi yang dilakukan
Humas Kementerian Perumahan Rakyat harus sejalan dengan visi Kementerian
Perumahan Rakyat.
3.Definisi
Khalayak
Khalayak
atau target market Kementerian Perumahan Rakyat adalah Masyarakat
Berpengahasilan Rendah atau yang sering disingkat MBR, adapun kualifikasinya
adalah :
Demografis
· Masyarakat
dengan status pengahsilan perbulan sebesar Rp. 2.500.000
· Masyarakat
dengan berbagai jenis profesi dengan penghasilan maksimum Rp.2.500.000
· Masyarakat
dengan jenis kelamin laki – laki dan perempuan
· Masyarakat
dengan status menikah, dan belum menikah
Psikografis
·
Masyarakat dengan kelas
sosial Menengah ke bawah
·
Masyarakat dengan
kebutuhan tempat tinggal yang layak huni
Geografis
·
Untuk tahun ini target
sasaran Kementerian Perumahan Rakyat adalah Masyarakat yang bertempat tinggal
di luar jawa.
Behaviour
·
Masyarakat yang
memiliki NPWP dan membayar pajak, namun bila masyarakat tersebut tidak memiliki
NPWP maka mereka harus memiliki perhimpunan terlebih dahulu.
3.Pemilihan
Media dan Teknik – Teknik Humas
Media
dan Teknik Humas
Tabel
1.2
Karakteristik
media
Jenis Media Promosi
|
Kekuatan
|
Kelemahan
|
Televisi
|
·
Jangkauannya Luas
·
Ada efek suara dan
gambar (gambar bergerak)
·
Daya rangsang sangat
tinggi
|
·
Dapat dilihat dan
didengar kembali jika ada pengulangan siaran
·
Sewa slot iklan mahal
|
Surat
Kabar
|
· Dapat
dibaca dimana saja
· Dapat
dibaca berulang – ulang
· Biaya
pemasangan relatif rendah
|
·
Jangkauan terbatas
·
Daya rangsang rendah
·
Kualitas visual
tergantung pada kualitas cetakan
·
Setelah habis dibaca
cenderung dibuang.
|
Sumber
:buku marketing communication john E.Kennedy hal100-101.
Dalam
pemilihan media praktisi humas harus memberikan penilaian media yang efektif,
karena media berhubungan langsung dengan segmentasi yang dipilih. Efisiensi
penggunaan media dilihat dari sejauh mana media itu dapat menjangkau sasaran
secara tepat, frekuensi yang dibutuhkan, dan durasi tayang iklan pada media
dengan intensitas yang tinggi. Sejauh ini, humas masih terpaku pada media yang
sudah umum semisal media massa elektronik dan media cetak (surat kabar).
Humas
Kementerian Perumahan Rakyat dalam memilih media publikasi dilihat dari luas
jangkauan media tersebut, jumlah oplah perhari dan segmentasi medianya namun
hal ini tergantung pada tenaga ahli yang menentukannya.
Biasanya,
para praktisi Humas cenderung mengunakan media yang bercakupan lebih luas,
publikais humas lebih sering dijumpai pada koran – koran yang beroplah tinggi
dan menjangkau sebanyak mungkin khalayak. Kolom dan waktu siar untuk artikel
humas terkadang tidak harus bayar. Pemuatan atau penyiaran suatu materi humas
tidak bisa disamakan dengan iklan gratis dan nilainya tidak bisa dihitung
begitu saja dengan satuan uang. Kampanye humas bersedia menggunakan media apa
saja, asalkan menjangkau sebanyak mungkin khalayak.
4.Jenis
– Jenis Media Humas
Dalam
kesempatan kali ini penulis ingin mengulas kegiatan publikasi Humas Kementerian
Perumahan Rakyat pada media pers dan televisi. Media pers (koran) biasanya
terdiri dari berbagai macam koran yang beredar di masyarakat secara umum baik
yang berskala regional maupun nasional bahkan internasional, sedangkan
publikais di televisi, tidak hanya di televisi nasional atau regional tetapi
juga televisi internasional.
Adapun
media massa cetak yang sering digunakan Humas Kementerian Perumahan Rakyat
dalam hal publikasi adalah Indopos, Suara pembaruan, suara karya, sinar
harapan, republika, media indonesia, rakyat merdeka, koran tempo, dan majalah
tempo. Sedangkan untuk publikasi di media masa elektronik Humas Kementerian
Perumahan Rakyat lebih sering menggunakan Metro Tv, TV one dan TVRI.
5.Perencanaan
Anggran
Humas
Kementerian Perumahan Rakyat merencanakan anggran publikais media masa cetak
dan elektronik hanya membagi rata, namun pada teorinya penentuan anggaran harus
memperhitungkan media yang akan digunakan untuk menjangkau khalayak yang telah
dipilih yang tentunya sesuai dengan anggaran yang tersedia.
Philip
Kotler menyatakan, “Media selection
involves finding the most cost-effective media to deliver the desired number of
exposures to the target audiences” (2000:586). Lebih lanjut, ia memberikan
rumusan untuk membantu menetapkan media yang akan digunakan sesuai dengan
anggaran terhadap segmentasi yang akan diraih. Sebagai contoh Kementerian
Perumahan Rakyat memiliki Rp 1.000.000.000 dan biaya per 1.000. Average
Exposure Quality-nya adalah Rp 5.000. ini berarti Kementerian Perumahan Rakyat
dapat membeli 200.000.000 exposure atau (1.000.000.000 : (5.000:1000)) Jika
Kementerian Perumahan Rakyat mengejar Average Exposure Frequency sebesar 10
kali, maka Kementerian Perumahan Rakyat dapat meraih 20.000.000 orang dengan
biaya sebesar yang dianggarkan.
Average
Exposure Quality adalah kualitas keterpaparan rata – rata khalayak yang
diperkirakan akan menyaksikan iklan media massa baik media cetak atau media
elektronik. Sedangkan Average Exposure Frequency adalah beberapa kali khalayak
terpapar pada iklan dalam suatu kurun waktu pemasangan atau penyajian.
Rumus
untuk menghitung Total Exposure (E) yang dapat diraih sebuah media adalah :
Rumus
Total Exposure (Gross Rating Point)
E
= R x T
Dimana
:
E
= Exposure (keterpaparan)
R
= Reach (raihan)
T
= Frequency (frekuensi)
6.Pengukuran
Hasil Kegiatan Humas
Ada
3(Tiga) hal terpenting berkenaan dengan pengukuran hasil, diantaranya:
a. Teknik
– teknik yang digunakan untuk mengenali situasi sering kali juga dimanfaatkan
guna mengevaluasi berbagai hasil yang telah dicapai dari segenap kegiatan –
kegiatan humas yang telah dilaksanakan. Menurut penulis dalam hal ini Humas
Kementerian Perumahan Rakyat belum menerapkan teknik ini dalam pengukuran hasil
kegiatan humas, karena sepenglihatan penulis Humas Kementerian Perumahan Rakyat
belum pernah melakukan jajak pendapat dengan target sasaran, mereka hanya
mengandalkan forum tanya jawab di website www.kemenpera.go.id yang dikelola
pusat data dan informasi.
b. Metode
– metode evaluasi hasil biasanya diterapkan pada tahap perencanaan. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi tingkat pelencengan pelaksanaan sesuai dengan perencanaan yang
telah dilakukan.
c. Setiap
program Humas harus memiliki tujuan yang pasti. Untuk itu, pertama – tama perlu
ditetapkan target – target tertentu. Pada gilirannya target – target tersebut
akan menjadi tolak ukur atas hasil yang telah dicapai. Humas Kementerian
Perumahan rakyat dalam publikasinya telah menetapkan target sasaran adalah
masyarakat berpenghasilan rendah, setiap publikasi yang dilakukan berhubungan
dengan kebijakan – kebijakan yang harus diketahui oleh masyarakat
berpenghasilan rendah tersebut. Unsur lain yang bisa digunakan sebagai tolak
ukur adalah liputan oleh media massa, sikap media massa yang simpatik terhadap
suatu organisasi bisa dipandang sebagai keberhasilan atas segala kegiatan
Humas, namun belakangan ini selama penulis melakukan Kerja Praktek Lapangan
atau magang tidak jarang penulis mendapatkan pemberitaan yang mengkritik
Kementerian Perumahan Rakyat.
Aksi
dan Komunikasi, pada tahap ini Humas harus menjalankan segenap program yang
telah dirancang. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengulas program Humas
Kementerian Perumahan Rakyat khususnya Program Publikasi di media massa cetak
khususnya koran dan media massa elektronik khususnya televisi. Pada pelaksanaannya
Humas Kementerian Perumahan Rakyat masaih terkendala beberapa masalah yaitu
pelaksanaan kegiatan publikasi haruslah berdasarkan SK (Surat Keputusan),
apabila SK sudah turun Humas barulah bisa menjalankan publikasi, padahal secara
teori setiap kegiatan humas harus dipersiapkan jauh – jauh hari sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal. Publikasi di media massa cetak (Koran), Humas
Kementerian Perumahan Rakyat dibantu oleh tenaga ahli dalam merealisasikan
konsep yang telah disusun oleh Kementerian Perumahan Rakyat, sehingga Humas
Kementerian Perumahan Rakyat hanya tinggal mengoreksi dan menyetujui tanggal
terbitnya. Sedangkan untuk publikasi di media elektronik atau televisi Humas
kementerian Perumahan Rakyat menjalankan semuanya sendiri dari menetapkan tema,
mencari narasumber, menyewa spot di televisi, negosiasi harga dll, sehingga
bila dilakukan secara dadakan Humas Kementerian Perumahan Rakyat tidak akan
mengerjakannya secara maksimal, untungnya staf dibagian Humas memiliki tekat
yang tinggi untuk maju. Jadi menurut penulis Humas Kementerian Perumahan Rakyat
hanya butuh sedikit waktu yang lebih lama sehingga semua kegiatan Humas dapat
dijalankan dengan baik.
Masalah
selanjutnya yang dihadapi oleh Humas Kementerian Perumahan Rakyat, adalah
struktur organisasi yang tidak jelas, mengapa penulis mengatakan demikian
karena Humas Kementerian Perumahan Rakyat bergabung dengan Protokoler yang
mengurusi segala perjalanan Menteri Perumahan Rakyat, sehingga terkadang lebih
banyak waktu yang tersita untuk menangani masalah keprotokoleran, yang
mengakibatkan kekosongan publikasi pada waktu – waktu tertentu.
Anggaran
yang keluar dipertengahan tahun menyebabkan publikais yang dilakukan
Kementerian Perumahan Rakyat berpusat dipertengahan tahun dan mengakibatkan sepi
publikasi di awal dan akhir tahunpun menjadi masalah berikutnya di Humas
Kementerian Perumahan Rakyat dalam menjalankan aksi dan komunikasi, oleh sebab
itu dibutuhkan perencanaan yang matang terutama masalah anggaran agar tidak
terjadi sepi publikasi.
Evaluasi
Humas
Secara garis besar, evaluasi humas
dibedakan menjadi dua, yakni evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi
proses berkaitan dengan usaha – usaha untuk mengetahui apakan program – program
humas telah di kelola dengan baik, berkesinambungan, dan efisien. Dalam hal ini
mengukur secara berkesinambungan penampilan program, kadang dalam hitungan
bulan. Humas Kementerian Perumahan Rakyat telah melakukan evaluasi proses yaitu
dengan mengkliping koran yang dapat memperlihatkan kecenderungan hubungan
dengan media. Maksudnya dengan melakukan pengklipingan koran Humas Kementerian
Perumahan Rakyat dapat memantau pemberitaan yang berkaitan dengan Kementerian
Perumahan Rakyat, yang apabila ada berita yang kurang baik bisa langsung
ditindak lanjuti oleh Humas Kementerian Perumahan Rakyat.
Evaluasi
Hasil berkaitan dengan usaha – usaha untuk mengetahui, apakah dampak atau hasil
yang ditimbulkan oleh program – program Humas yang telah dijalankan. Evaluasi
hasil berkaitan dengan usaha untuk mengetahui, apakah tujuan (objective) yang
telah ditetapkan dalam rencana telah dicapai. Dalam hal ini penulis melihat
tujuan Humas Kementerian Perumahan Rakyat belum tercapai secara keseluruhan,
karna tujuan utama publikasi Humas Kementerian Perumahan Rakyat adalah menimbulkan
awarenes (pengetahuan) masyarakat
tentang kebijakan – kebijakan yang telah dibuat oleh Kementerian Perumahan
Rakyat, namun pada kenyataannya masyarakat menilai bahwa Kementerian Perumahan
Rakyat adalah penyedia rumah.
Dalam
teori terdapat Tujuh kategori evaluasi. Kendal, seperti yang dikutip putera
(1999), memilah evaluasi menjadi tujuh kategori dasar sebagai patokan dalam
melihat sukses dan efektifitas peogram Humas, yakni goal achivement (pencapaian
sasaran), measurement of improvement (pengukuran kemajuan), meansurement
results (pengukuran hasil), cost efficiency (efisiensi biaya), organizational
change (perubahan organisasi), unplanned effect (efek yang tak terencana), dan
unarticulated hopes (harapan – harapan tak terartikulasi).
1. Goal Achivement,
dalam hal ini Humas Kementerian Perumahan Rakyat seharusnya mengukur sejauhmana
tujuan – tujuan yang telah ditetapkan dalam program kehumasan dapat tercapai.
Karena dengan menggunakan metode ini Humas akan lebih yakin bahwa program yang
dirancang telah berjalan secara efektif, namun pada kenyataannya Humas
Kementerian Perumahan Rakyat belum menjalankan evaluasi goal achivement karna
praktisi humas Kementerian Perumahan Rakyat menganggap keefektifan publikasi
dengan media massa cetak maupun elektronik susah untuk diukur.
2. Meansurement of
improvement, atau evaluasi untuk melihat perbaikan –
perbaikan yang sudah terjadi dalam sikap dan pengetahuan publik. Menurut
penulis seharusnya praktisi humas Kementerian Perumahan Rakyat lebih peduli
dengan sikap dan pengetahuan publik tentang Kementerian Perumahan Rakyat, Humas
kementerian Perumahan Rakyat harus lebih bekerja keras untuk mengubah sikap
masyarakat yang cenderung anttipati dan masa bodo dengan kebijakan pemerintah
karena dianggap tidak membantu rakyat, dan membenarkan pengetahuan masyarakat
yang telah keliru menilai Kementerian Perumahan Rakyat.
3. Meansurement of result,
dalam evaluasi ini Humas Kementerian Perumahan Rakyat telah melakukan evaluasi
dengan melakukan pengklipingan surat kabar sebagai mana yang dilakukan oleh
penulis setiap harinya.
4.
Cost
efficiency, evaluasi ini bertujuan untuk mengukur
sukses program humas atau kampanye kehumasan dengan menghitung nilai uang yang
dihasilakan program dihubungkan dengan usaha – usaha atau jumlah uang yang
dikeluarkan dalam kampanye humas. Kementerian Perumahan Rakyat bukanlah sebuah
instansi yang mencari keuntungan sehingga Humas Kementerian Perumahan Rakyat
tidak perlu melakukan analisis cost
efficiency.
5.
Organizational change,
evaluasi ini berkaitan dengan evaluasi terhadap organisasi sebagai hasil
kampanye humas. Evaluasi ini bisa dilihat dari sikap praktisi Humas Kementerian
Perumahan Rakyat yang memiliki semangat tinggi untuk maju.
6.
Unplanned
effect, evaluasi ini bisa disebut sebagai
evaluasi hasil sampingan yang dicapai, sebagai akibat program kehumasan yang
dijalankan. Dalam evaluasi ini terlihat semakin kompaknya praktisi humas
kementerian perumahan rakyat dan munculnya semangat kerja sama antar kelompok.
7.
Unarticulated
hopes. Evaluasi ini berkaitan dengan kenyataan,
sering sekali pihak manajemen memiliki harapan berlebihan terhadap tujuan
program kehumasan, namun harapan ini tidak teraktualisasi dengan baik. Hal ini
juga terjadi dalam publikasi humas Kementerian Perumahan Rakyat yang memiliki
tujuan seluruh target sasaran (masyarakat berpenghasilan rendah -MBR),
mengetahui kebijakan yang dibuat kementerian. Namun pada kenyataannya publikasi
yang dilakukan tak jarang tidak sampai kepada target sasaran.
Seharusnya
Humas Kementerian Perumahan Rakyat melakukan proses dan tahap evaluasi untuk
mengetahui sejauh mana program publikasi yang dilakukan berjalan, karena hal
ini sangat penting untuk mengetahui apakah publikasi ini efektif atau tidak
bila tidak efektif sebaiknya mulai mengurangi publikasi dimedia dan melakukan program
kehumasan lainnya.
Proses
dan tahap evaluasi
1. Specify objective,
yakni membuat rumusan tujuan program publikasi yang spesifik dan dapat diukur.
2. Meansures the
objectives, yakni melakukan pengukuran efek yang
sudah dicapai dari program publikasi yang sudah dijalankan.
3. Collect and Analyze
Data, yakni melakukan pengumpulan data dan
mengukur efek yang dihasilkan sampel terpilih pada publik sasaran yang telah
ditetapkan.
4. Report the result to
decision maker, yakni menulis laporan tentang
hasil program kepada pengambil keputusan. Yang perlu dilaporkan apakah tujuan
telah tercapai. Sedangan kepada eksekutif puncak (eselon I), disamping laporan
tadi, perlu juga dilaporkan, apakah pencapaian tujuan publikasi membantu
sasaran dan tujuan yang ditetapkan Kementerian Perumahan Rakyat.
5. Apply the result to
decisoins, yakni setiap program harus diterapkan
dalam pengambilan keputusan. Hasil – hasil yang etlah dicapai harus dapat
memperbaiki program – program untuk masa – masa selanjtnya.
Dalam
analisis hasil akhir, Humas Kementerian Perumahan Rakyat seharusnya
mengidentifikasi hasil akhir atau evaluasi yang lebih bersifat checkpoint satu
persatu dari komponen atau tahapan – tahapan perencanaan dan kegiatan, apakah
sudah berjalan atau belum. Hasil evaluasi dapat memberi gambaran secara
kuantitatif dan kualitatif, bahwa program humas sudah memenuhi persyaratan atau
masih terjadi kekurangan. Tanpa adanya evaluasi, Humas kementerian Perumahan
Rakayat tidak dapat menentukan sejauh mana sasaran yang telah dicapai. Evaluasi
dapat pula mengusulkan penambahan sarana untuk meningkatkan prestasi, agar
dapat mendekati prestasi yang diharapkan. Yang pada gilirannya, dapat membawa
ke arah modifikasi program (coulson.1996).
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Dalam
melakukan Praktek Kerja Lapangan atau magang di Kementerian Perumahan Rakyat,
penulis berkesempatan magang di Bagian Humas dan Protokol, dibagian tersebut
penulis dibina untuk mengontrol kegiatan publikasi yang telah dilakukan Humas
Kementerian Perumahan Rakyat, sehingga penulis lebih paham bagaimana publikasi
yang dilakukan Humas Kementerian Perumahan Rakyat untuk mewujudkan Visi
Kementerian Perumahan Rakyat “ Setiap Keluarga Indonesia Menempati Rumah Layak
Huni”, selain itu penulis juga dibina untuk lebih mengetahui tentang keseluruhan
kegiatan yang dilakukan Humas dan Protokol kementerian Perumahan Rakyat
sekaligus mendalami Kementerian Perumahan Rakyat itu sendiri.
Selain
itu penulis juga berkesempatan untuk membuat resume berita yang berkaitan
tentang Kementerian Perumahan Rakyat setiap harinya sehingga penulis lebih
memahami perkembangan publikasi yang dilakukan oleh media tentang Kementerian
Perumahan Rakyat. Pada kesempatan magang kali ini penulis juga berkesempatan
untuk belajar bagaimana menerapkan teori tentang pembuatan berita, adventorial,
caption yang didapat penulis dibangku kuliah dengan praktek nyata yang
dilakukan oleh staf Humas Kementerian Perumahan Rakyat.
Penulis
dapat mengetahui gambaran jelas tentang dunia kerja terutama di bidang Humas
dan Protokoler. Dengan mengetahui proses kerja Humas dan Protokol Kementerian
Perumahan Rakyat, bahwa dalam humas pemerintah semuanya berjalan berdasarkan SK
dan humas pemerintah berbeda dengan humas pada perusahaan atau instansi serupa,
karna humas pemerintah memiliki beban yang lebih berat yaitu humas pemerintah
harus menjalankan fungsinya menciptakan citra Kementerian perumahan Rakyat
dibawah bayangan sikap antipati, masa bodo dan kekeliruan tentang pemerintah
yang telah mendarah daging di pikiran masyarakat, serta perubahan peraturan
pemerintah yang terkadang membuat arah publikasi menjadi sedikit berubah.
Selama
satu setengah bulan melakukan magang di Kementerian Perumahan Rakyat tujuan
penulis untuk dapat menerapkan ilmu PR dalam hal Manajemen Humas telah tercapai
dengan membantu evaluasi proses yang dilakukan setiap harinya oleh penulis,
selain itu penulis juga ikut serta dalam pelaksanaan aksi dan komunikasi
publikasi Humas Kementerian Perumahan Rakyat.
3.2
Saran
Saran yang bisa penulis berikan untuk
Bagian Humas dan Protokol Kementerian perumahan Rakyat, adalah :
1. pertahankan
semangat yang tinggi yang telah dimiliki staf Humas Kementerian Perumahan
Rakyat
2. Sebaiknya
Humas Kementerian Perumahan Rakyat harus mempunyai job description yang jelas bagi setiap staf humasnya sehingga meskipun
bergabung dengan bagian Protokol, namun kerja Humas tidaklah terganggu dan
publikasi bisa dilakukan secara berkelanjutan
3. Dalam melakukan publikasi baik dimedia masa
cetak maupun elektronik sebaiknya humas kementerian perumahan Rakyat melakukan
evaluasi mengenai hasil publikasi tersebut, memang hasil dari publikasi susah
untuk diukur secara rill, namun jika Humas Kementerian Perumahan Rakyat “mau”,
hal ini bisa dilakukan dengan cara – cara yang telah penulis paparkan di bab
sebelumnya.
4. Penulis
merasa publikasi yang dilakukan Humas Kementerian Perumahan Rakyat dalam
menyampaikan informasi kepada target sasaran (Masyarakat Berpenghasilan Rendah
- MBR), dirasa kurang pas karena kebanyakan target market yang dituju memiliki
minat baca yang rendah sehingga publikasi yang disampaikan melalui media massa
cetak (koran) cenderung diabaikan, sedangkan publikasi yang dilakukan melalui
media massa elektronik (TV) dengan talk show yang ditayangkan di Metro Tv, TV
One, dan TVRI cenderung tidak dilihat karena target sasaran lebih menyukai
menonton stasiun televisi yang bersifat menghibur dibandingkan informatif.
Sehingga jika penulis boleh menyarankan publikasi di kedua media tersebut
harusnya di tinjau kembali karna penulis menganggap Humas Kementerian Perumahan
Rakyat hanyalah membuang – buang anggaran, akankah lebih baik anggaran itu
dialokasikan dengan melakukan kampanye humas di media lain seperti, membuat
iklan layanan masyarakat yang modern yang ditayangkan disela – sela acara
hiburan televisi, atau membuka stand perumahan di pasar – pasar tradisional
sehingga bisa bertemu langsung dengan target sasaran. Serta Humas Kementerian
Perumahan Rakyat bisa melakukan “award”
untuk opinion leader yang berhasil
mengubah pengetahuan masyarakat sehingga masyarakat “aware” terhadap Kementerian Perumahan Rakyat, “award” itu bisa dilakukan bersamaan dengan perayaan hari Perumahan
Nasional yang jatuh pada tanggal 25 Agustus.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kotler,Philip.
According to Kotler, Jakarta:Pt.Bhuana Ilmu Populer .2006
2.
Ardianto,Elvinaro.Public
Relations Praktis,Bandung: Widya Padjadjaran.2009
3.
Assumpta,Sr.Maria.Dasar-
dasar Public Relations, Jogjakarta.2002
4.
Rencana Strategis
Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010 – 2014
5.
Kasali,Rhenald.Manajemen
Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia,jakarta: Pustaka Utamma
Grafiti.2005
6.
A.Shimp Terence.
Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu,Jakarta:
Erlangga.2003
7.
E.Kennedy,Jhon dan
R.Dermawan Soemanagara. Marketing Communication “Taktik dan Strategi”, Jakarta
: PT Buana Ilmu Populer. 2006
8.
Anggoro,M.Linggar.Teori&Profesi
Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia,Jakarta: Bumi Aksara.2008
9.
Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Perumahan Rakyat
0 komentar:
Posting Komentar