Sabtu, 21 November 2009

Kurangi Angkot Ngetem di Kota Bandung


Gambar 1.1 Macet karna angkot belok sembarangan di daerah Suci.



Gambar 1.2 mengangkut penumpang tepat di bawah tanda “s”coret di daerah sindang reret..



Gambar 1.3 Angkot ngetem di gazebo.

Akibat kebijakan yang tidak terkontrol dari pemerintah daerah, jumlah angkutan kota seolah dibiarkan tumbuh tanpa kendali. Di kota-kota besar, termasuk di Kota Bandung, banyak angkutan kota melaju dengan jumlah penumpang hanya dua tiga orang. Jarak keberangkatan antarangkot di sejumlah daerah pun sudah mencapai setiap empat detik. Artinya, angkot pertama baru saja melaju, angkot di belakangnya sudah menyusul. Akibatnya, banyak angkot yang hanya berputar-putar dan akibatnya selain polusi meningkat dan banyak BBM terbuang percuma, kemacetan di beberapa titik kota bandungpun meningkat.

TIDAK akan ada habis-habisnya jika kita membicarakan kemacetan di Kota Bandung. Ada banyak faktor yang menyebabkan kemacetan di Kota Bandung, salah satunya adalah kendaraan umum angkot (angkutan kota). Angkot sangat diperlukan oleh masyarakat Bandung. Setiap hari pun saya menjadi penumpang angkot untuk pergi kuliah atau sekedar jalan – jalan mengelilingi kota bandung. Akan tetapi, tidak jarang para sopir angkot membuat kemacetan. Saya sendiri juga terkadang merasa kesal ketika naik angkot. Para sopir angkot sering ngetem (berhenti di satu tempat untuk mendapatkan penumpang), tetapi tidak pernah menghiraukan kemacetan yang telah ia buat, di samping itu para pengemudi angkot juga sering seenaknya berhenti atau memotong jalan yang lagi – lagi dapat menimbulkan kemacetan yang merugikan banyak pihak.

Banyak pengemudi angkot yang tidak mengunakan lampu sen untuk memberi tanda saat ingin menepi akibatnya kendaraan yang terpotong jalan oleh angkot tersebut harus ikut – ikutan mengantri hanya untuk menurunkan satu atau menaikan dua orang penumpang. Tidak jarang juga sopir angkot yang marah-marah ketika ditegur untuk tidak ngetem atau pindah tempat ngetem, mereka seakan acuh tak acuh dengan peringatan atau aturan – aturan yang sudah ada di jalan, contohnya banyak pengemudi angkot yang berhenti persis di plang tanda “S” di coret yang artinya di larang berhenti, dan seakan mereka hanya takut jika ada oknum polisi yang mendekat (takut kena tilang dan memilih untuk pergi atau berjalan sedikit kedepan). Ugh kalo sudah seperti itu menyebalkan sekali rasanya.

Untuk itu, saya memberi saran kepada Pemerintah kota Bandung untuk membenahi jalur tersendiri untuk angkutan umun tersebut seperti yang sudah di terapkan di Jogjakarta, Pemerintah kotanya sudah membedakan jalur yang hanya boleh dilewati oleh angkutan umum, dan saya rasa solusi ini tepet untuk mengatasi sedikit kemacetan yang ada di kota bandung, karna biarpun angkot – angkot itu ngetem tapi akses jalan untuk umum masih tersedia dan tidak macet. atau menertibkan angkot tersebut dalam hal ini pemerintah kota bandung bisa membuat keputusan bahwa angkot dengan jurusan yang sama setidak – tidaknya harus ada jedah waktu seminimal – minimalnya 15 menit setelah angkot pertama keluar dari terminal dan angkot ke dua baru boleh beroprasi, sehingga tidak terjadi penumpukan angkot dengan jurusan yang sama di jalan yang menyebabkan berebut penumpang sesama pengemudi angkot dan untuk mengurangi ngetem pengemudi angkot di jalan yang sering membuat penguna angkutan umum malas mengunakan angkot karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai tempat tujuan bila di akses dengan kendaraan pribadi atau taxi, atau mungkin membangun fasilitas untuk angkot seperti halte bus agar kemacetan di Kota Bandung sedikit berkurang sehingga supir angkutan umum tidak dapat seenaknya berhenti di jalan – jalan yang menurut mereka akan banyak penumpang dan seharusnya oknum kepolisian harus bertindak lebih tegas terhadap para pengemudi angkutan umum bila perlu pemerintah seharusnya mengeluarkan keputusan khusus tentang ngetem untuk angkutan umum.